keepgray.com – Di tengah gemerlap dunia yang kompleks, Islam menawarkan konsep hidup sederhana namun bermakna, yaitu zuhud. Zuhud adalah pilihan hidup untuk tidak terlalu mementingkan hal-hal duniawi, melainkan memprioritaskan kehidupan akhirat.
Seseorang yang zuhud menempatkan cintanya kepada Allah SWT di atas segalanya, mendekatkan diri kepada-Nya dalam setiap aspek kehidupan dan menjadikan zuhud sebagai pengalaman spiritual yang menyucikan hati.
Menurut Imam Al-Ghazali dalam Hakikat Fakir dan Zuhud, zuhud adalah meninggalkan urusan dunia demi memperoleh sesuatu yang lebih bernilai di akhirat, atau menjauh dari kenikmatan dunia untuk meraih kebaikan hakiki yang abadi. Sementara Imam Ahmad bin Hanbal dalam Zuhud Cahaya Qalbu menjelaskan bahwa zuhud adalah berpaling dan melepaskan sesuatu karena dipandang rendah nilainya.
Mengamalkan zuhud berarti menjaga hati dari godaan kemewahan dunia. Konsep ini ditegaskan dalam Al-Qur’an, surah Al-Kahfi ayat 46, yang artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, sedangkan amal kebajikan yang abadi (pahalanya) adalah lebih baik balasannya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”
Zuhud bukan berarti menjauhi dunia sepenuhnya, melainkan melepaskan diri dari keterikatan dan rasa cinta yang berlebihan terhadap dunia, sehingga dapat menjalani hidup dengan lebih fokus dan ketenangan batin. Zuhud tidak identik dengan kemiskinan atau penampilan lusuh, tetapi merupakan sikap hati yang bebas dari kecintaan terhadap harta, jabatan, dan segala bentuk kemewahan duniawi.
Faidh Kasyani dalam Etika Islam Menuju Evolusi Diri menjelaskan tiga tingkatan zuhud. Tingkat terendah adalah keinginan untuk terhindar dari neraka. Tingkat kedua adalah zuhud yang didasari harapan memperoleh pahala dan kenikmatan surga. Tingkat tertinggi adalah ketika seseorang tidak menginginkan apa pun selain Allah dan kerinduan untuk berjumpa dengan-Nya.
Dari sisi hukum, zuhud terbagi menjadi wajib (menjauhi hal-hal haram), sunnah (dilakukan terhadap hal-hal yang halal), dan mubah (terkait dengan perkara syubhat).
Ciri-ciri orang yang zuhud, sebagaimana dinukil dari buku Mempertajam Mata Batin dengan Amalan Puasa Ya Man Huwa karya Halimatussa’diyah, antara lain: menyadari bahwa kehidupan dunia hanya sementara, meyakini kehidupan akhirat lebih baik, memandang dunia sebagai tempat persiapan akhirat, membersihkan hati dari cinta berlebihan terhadap dunia, mengisi hati dengan cinta kepada Allah, melepaskan ketergantungan pada makhluk, meyakini kebahagiaan sejati tidak diukur dari harta, menjadikan harta dan jabatan sebagai tanggung jawab, menjadikan harta sebagai sarana berinfak, meninggalkan sikap berlebihan, hidup sederhana, dan menjaga anggota tubuh dari perbuatan yang menjauhkan diri dari Allah. Wallahu a’lam.