keepgray.com – Sebagian jemaah haji Indonesia mengalami kendala dalam penempatan tenda di Arafah, yang menyebabkan beberapa di antaranya harus wukuf di tenda misi haji atau tenda cadangan yang disediakan oleh Kerajaan Arab Saudi. Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) memberikan penjelasan terkait permasalahan ini.
Ketua PPIH, Muchlis M Hanafi, menyampaikan bahwa masalah penempatan jemaah di Arafah disebabkan oleh faktor teknis dan kultural. Ia memohon maaf atas ketidaknyamanan yang dialami jemaah pada Kamis, 5 Juni lalu. “Atas nama Ketua PPIH Arab Saudi, saya menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang dirasakan sebagian jemaah haji Indonesia,” ujarnya di Makkah, Minggu (8/6/2025).
Mukhlis menjelaskan bahwa meskipun beberapa tenda masih memiliki ruang, distribusi jemaah tidak berjalan lancar karena berbagai kendala. Contohnya, tenda yang seharusnya berkapasitas 350 jemaah hanya terisi 325 jemaah dari satu kelompok, namun tidak dapat diakses oleh jemaah lain, bahkan dari markaz yang sama.
Selain itu, perpindahan jemaah dari hotel ke hotel secara mandiri juga menghambat proses penempatan di Arafah. Sistem keberangkatan dari Makkah ke Arafah yang berbasis hotel, bukan markaz atau syarikah, menyebabkan beberapa tenda terisi penuh lebih awal, bahkan sebelum jemaah yang seharusnya menempati tenda tersebut tiba.
Jumlah petugas di Arafah juga tidak sebanding dengan jumlah jemaah. Layanan di Arafah dikerjakan oleh petugas dari daerah kerja bandara yang jumlahnya terbatas, sehingga mereka harus melayani lebih dari 203 ribu jemaah yang tersebar di 60 markaz. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam mengatur penempatan jemaah secara disiplin dan membuat banyak petugas kelelahan.
Lebih lanjut, beberapa jemaah berpindah tenda secara sepihak untuk berkumpul dengan kerabat atau kelompok bimbingan dari daerah asal, yang memperburuk distribusi beban tenda dan menyulitkan kontrol layanan secara keseluruhan. Situasi ini berdampak pada gangguan distribusi konsumsi jemaah, di mana sebagian jemaah tidak mendapatkan jatah makan tepat waktu karena data distribusi tidak sesuai dengan kondisi riil.
Untuk mengatasi masalah ini, PPIH melakukan beberapa solusi, seperti memasukkan jemaah ke tenda yang masih sepi, menggunakan tenda cadangan, tenda misi haji, hingga tenda kerajaan. Pemetaan ulang menunjukkan bahwa beberapa tenda masih memiliki kapasitas tambahan. Tiga tenda petugas di wilayah Markaz 105 dialihfungsikan untuk menampung jemaah yang belum mendapatkan tempat.
PPIH juga melobi pihak syarikah untuk menyiapkan tambahan tenda dan menggunakan tenda utama Misi Haji Indonesia untuk lokasi wukuf jemaah. Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Hilman Latief melobi pihak Saudi hingga sekitar 2.000 jemaah ditempatkan di tenda-tenda cadangan resmi Saudi.
Dengan upaya-upaya tersebut, kepadatan mulai terurai, dan saat puncak wukuf, seluruh jemaah sudah berada di tenda untuk melaksanakan ibadah dengan tenang dan khusyuk.
Muchlis juga menjelaskan bahwa PPIH akan memberikan layanan di Mina hingga 13 Zulhijah, termasuk layanan tenda dan konsumsi, bagi jemaah nafar awal maupun nafar tsani, hingga seluruh jemaah kembali ke hotel di Makkah. PPIH memberikan kebebasan kepada jemaah untuk memilih nafar awal atau nafar tsani dan terus mendata usulan jemaah untuk penjemputan.