keepgray.com – Amerika Serikat (AS) diprediksi tidak akan mampu memproduksi iPhone di negaranya sendiri, meskipun Presiden AS Donald Trump telah mendesak Apple untuk memindahkan produksinya dari China dan India, bahkan mengancam akan mengenakan tarif 25 persen.
Nada pesimistis mengenai kemampuan produksi iPhone di AS ini bukan hal baru. Mendiang CEO Apple, Steve Jobs, telah mengungkapkan alasan di balik ketidakmampuan AS untuk memproduksi iPhone secara domestik jauh sebelum desakan Trump mencuat. Dalam pertemuannya dengan Presiden AS ke-44 Barack Obama pada Oktober 2010, Jobs menyebut bahwa sistem pendidikan Amerika kurang memadai untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja teknis Apple.
Menurut Walter Isaacson, penulis biografi Jobs, sang CEO kala itu menyatakan, “Anda tidak bakal menemukan orang sebanyak itu di Amerika untuk dipekerjakan.” Jobs menggarisbawahi bahwa Apple membutuhkan setidaknya 30.000 insinyur atau sarjana teknik untuk mendukung operasional pabrik. Jobs menambahkan, “Jika Anda bisa mendidik para insinyur, kita bisa memindahkan lebih banyak pabrik ke sini (Amerika).”
Tim Cook, yang menggantikan Steve Jobs sebagai CEO Apple, juga pernah menyatakan persetujuannya dengan alasan yang dikemukakan Jobs, kendati ia tetap berharap suatu hari nanti akan ada iPhone buatan AS.
Senada dengan pandangan tersebut, Kepala Penelitian Teknologi Global Wedbush Securities, Dan Ives, menilai gagasan memulangkan pabrik iPhone ke AS sebagai sebuah fiksi. Ives memprediksi bahwa jika produksi dipaksakan di AS, harga iPhone bisa melonjak lebih dari tiga kali lipat, mencapai US$3.500 (sekitar Rp56,8 juta dengan asumsi kurs Rp16.239).
Menurut Ives, ekosistem produksi yang sangat kompleks untuk iPhone telah terbangun di Asia. Untuk memindahkan rantai pasokan iPhone ke AS, Apple diperkirakan membutuhkan investasi sebesar US$30 miliar (sekitar Rp487 triliun) serta waktu tiga tahun. Itupun, kata Ives, hanya akan mencakup sekitar 10 persen dari keseluruhan proses produksi. Ia memproyeksikan, pemindahan seluruh proses produksi iPhone ke Amerika Serikat baru bisa terlaksana dalam kurun waktu 5 hingga 10 tahun. “Konsep Apple memproduksi iPhone di AS adalah dongeng yang tidak mungkin,” tegas Ives.
Desakan Presiden Trump kepada Tim Cook telah berlangsung sejak lama. Trump menegaskan keinginannya agar ponsel pintar Apple diproduksi dan dirakit di AS, bukan di China atau India, dengan ancaman tarif 25 persen jika hal itu tidak diindahkan. Perang tarif yang digaungkan Trump memang telah memaksa sejumlah perusahaan, termasuk Apple, untuk memutar otak dalam strategi produksinya.
Meski Apple adalah perusahaan Amerika, sebagian besar iPhone selama ini diproduksi di China. Hal ini sempat memicu rumor bahwa Cook akan memindahkan produksi iPhone untuk pasar AS dari China ke India. Namun, Trump tetap tidak senang dengan gagasan tersebut. “Saya memiliki sedikit masalah dengan Tim Cook kemarin. Saya berkata kepadanya, ‘Tim, Anda adalah teman saya. Saya memperlakukan Anda dengan sangat baik. Anda datang dengan US$500 miliar, tetapi sekarang saya dengar Anda membangun (pabrik) di India. Saya tidak ingin Anda membangun di India’,” ujar Trump di Qatar, Kamis (15/5).