keepgray.com – Petani tembakau di Temanggung, Jawa Tengah, mengalami kesulitan setelah hasil panen mereka tidak dibeli oleh Gudang Garam. Kepala Desa Purbasari, Pujiyono, mengungkapkan bahwa masalah ini menyebabkan tembakau hasil panen menumpuk di rumah-rumah petani.
Pujiyono menjelaskan bahwa biasanya setiap tahun, setelah panen, tembakau akan dijemur, dikemas, dan langsung dikirim untuk dibayar. Namun, dengan adanya hambatan ini, stok tembakau menumpuk dan belum terjual.
Setelah Gudang Garam tidak lagi membeli tembakau, beberapa pabrikan kecil masuk, tetapi mereka menawarkan harga yang lebih rendah. Harga tembakau di Temanggung ditentukan berdasarkan grade atau tingkatan. Untuk grade D atau G, harga sebelumnya berkisar antara Rp100 ribu hingga Rp120 ribu per kilogram. Namun, setelah Gudang Garam berhenti membeli, harga tersebut turun menjadi Rp80 ribu hingga Rp100 ribu per kilogram. Untuk grade di bawahnya, harga yang tadinya Rp60 ribu hingga Rp70 ribu per kilogram turun menjadi Rp50 ribu hingga Rp60 ribu per kilogram. Hal ini semakin menekan daya tawar petani.
Pujiyono menambahkan bahwa situasi ini dimanfaatkan oleh pabrikan kelas 2 dan 3 yang membeli tembakau dengan harga yang bisa dinegosiasi karena stok di petani masih banyak.
Sebelumnya, PT Gudang Garam memutuskan untuk sementara tidak membeli bahan baku tembakau dari Temanggung. Bupati Temanggung, Agus Setyawan, menjelaskan bahwa keputusan ini diambil karena penurunan penjualan rokok yang signifikan di Indonesia. Selain itu, penurunan harga saham juga menjadi pertimbangan. Agus menyebutkan bahwa saat kondisi baik, harga saham Gudang Garam mencapai Rp90 ribu, namun saat ini hanya sekitar Rp9.600.
Agus juga menyampaikan bahwa persediaan bahan baku tembakau di PT Gudang Garam sudah berlebih dan dapat digunakan untuk produksi hingga empat tahun ke depan. Informasi ini diperoleh dari manajemen PT Gudang Garam Kediri.