Tawaf: Sains Ungkap Rahasia Arah Berlawanan Jam

keepgray.com – Dalam pelaksanaan ibadah haji dan umrah, tawaf menjadi salah satu ritual penting yang melibatkan mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali, dimulai dari Hajar Aswad dan dilakukan berlawanan arah jarum jam. Aktivitas ini bukan sekadar gerakan fisik, tetapi juga mengandung sejarah panjang dan makna spiritual yang mendalam.

Tawaf, yang secara harfiah berarti mengelilingi, dilakukan dengan mengitari Ka’bah sebanyak tujuh putaran. Dimulai dan diakhiri di Hajar Aswad, posisi Ka’bah harus berada di sisi kiri orang yang melakukan tawaf.

Pada masa jahiliah, masyarakat Arab melakukan tawaf dengan cara yang berbeda dari ajaran Islam. Mereka melakukannya pada malam hari tanpa busana, sambil bertepuk tangan dan bersiul, seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an surah Al-Anfal ayat 35.

Setelah Ka’bah selesai dibangun, Nabi Adam AS diperintahkan Allah SWT untuk melakukan tawaf. Amalan ini juga dilakukan oleh para malaikat di Bayt al-Ma’mur. Tradisi ini kemudian dilanjutkan oleh nabi-nabi setelah Nabi Adam AS. Nabi Hud dan Nabi Saleh AS juga pernah melewati lembah Usfan dalam perjalanan haji mereka ke Baitullah dengan pakaian sederhana dan bertalbiyah. Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS pun melakukan tawaf setelah menyelesaikan pembangunan Ka’bah.

Tawaf dilakukan sebanyak tujuh putaran, dengan tiga putaran pertama dianjurkan berjalan cepat dan empat putaran sisanya berjalan biasa. Tata cara ini sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah SAW saat menunaikan ibadah haji.

Saat haji dan umrah, tawaf dilakukan dengan mengelilingi Ka’bah berlawanan arah jarum jam, dari kiri ke kanan. Cara ini sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW dan menjadi syarat sahnya tawaf. Sains modern menunjukkan bahwa arah perputaran ini mencerminkan pola gerak alami di alam semesta, dari elektron yang mengelilingi inti atom hingga planet-planet yang mengorbit matahari dan galaksi yang berputar mengelilingi pusat alam semesta.