Tarif Impor AS 19%: Capaian Penting Ibas

keepgray.com – Wakil Ketua MPR RI dari Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), menyerukan gotong royong untuk memperkuat ekonomi bangsa di tengah tekanan global, terutama akibat kebijakan tarif tinggi Amerika Serikat yang membebani ekspor padat karya dan usaha kecil.

Ibas menekankan pentingnya Indonesia aktif membela kepentingan nasional dengan meningkatkan daya saing industri, memperbaiki infrastruktur, dan sistem logistik ekspor. Ia juga mendorong sinergi nasional untuk menjaga kedaulatan ekonomi dan mencegah ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) massal.

Hal ini disampaikan Ibas, yang juga Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI, dalam Forum Diskusi Kebangsaan bertajuk ‘Bangkit Lebih Kuat, Ekspor Lebih Hebat: Jalan Indonesia di Tengah Tarif Global’ di Kota Bandung, Selasa (15/7/2025).

Ibas menyoroti bahwa pergerakan dunia saat ini cenderung menjauhi keterbukaan, dengan banyak negara berlindung di balik tarif, kuota, dan proteksi, terutama dari Amerika Serikat. Dalam situasi ini, Indonesia tidak boleh pasif, melainkan harus aktif membela kepentingan nasional, melindungi pelaku usaha, dan memperkuat daya saing industri dalam negeri agar tetap kompetitif di pasar global.

Ia menyoroti kebijakan tarif yang diterapkan Amerika Serikat yang sangat membebani ekspor nasional, terutama sektor tekstil, alas kaki, elektronik, dan kelapa sawit. Dengan tarif dasar 10% dan tambahan hingga 32%, ekspor Indonesia akan sangat terbebani.

Ibas memberikan apresiasi atas renegosiasi tarif terbaru yang dilakukan pemerintah bersama Amerika Serikat, di mana sebagian tarif berhasil ditekan menjadi 19%. Penurunan ini membuka ruang napas bagi pelaku industri, terutama sektor padat karya dan UMKM yang paling terdampak.

Sebagai bagian dari perjanjian tersebut, Indonesia berkomitmen untuk membeli energi senilai USD15 miliar dan produk pertanian senilai USD 4,5 miliar dari pasar AS, di samping 50 unit pesawat jet Boeing.

Kenaikan tarif AS tidak hanya menyentuh angka ekspor, tetapi juga memengaruhi fondasi ekonomi nasional. Kenaikan tarif AS bisa mengancam kedaulatan ekonomi, stabilitas sosial, dan kesejahteraan rakyat Indonesia, khususnya para pelaku ekspor padat karya. Bahkan, dalam skenario ekstrem, bisa memicu PHK besar-besaran di Indonesia.

Lebih jauh, Ibas mengingatkan bahwa arah perjuangan ekonomi Indonesia harus kembali kepada nilai-nilai dasar kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai arah moral dan politik pembangunan ekonomi.

Ibas memaparkan berbagai strategi yang harus ditempuh, termasuk diversifikasi geografis melalui percepatan ratifikasi IEU, UAE, Turki, dan Kanada-CEPA, memperkuat ekspor ke Afrika, Amerika Latin, dan Asia Selatan, serta diversifikasi produk ekspor dengan fokus pada hilirisasi mineral, otomotif, elektronik, digital, halal, dan farmasi.

Ia juga menekankan pentingnya skema insentif fiskal untuk produk bernilai tambah ekspor, perbaikan sistem logistik dan infrastruktur ekspor, penguatan sertifikasi dan standardisasi produk, digitalisasi ekspor dan ‘trade platform’, penguatan mekanisme ‘hedging’ dan subsidi bunga ekspor, serta pengurangan biaya logistik dari PDB.

Menutup sambutannya, Ibas menyampaikan optimisme yang kuat bahwa bangsa Indonesia mampu bangkit lebih kuat di tengah tantangan global dengan semangat gotong royong, daya juang tinggi, dan kekayaan sumber daya yang luar biasa.

Founder Kriya Nusantara, Abdul Sobur, yang juga hadir dalam acara tersebut, menyampaikan aspirasinya bahwa tarif besar ini memberikan dampak luar biasa pada pihaknya, terutama sektor lapangan kerja.