keepgray.com – Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Mendes PDT) Yandri Susanto, bersama Jaksa Muda Intelijen (Jamintel) Reda Manthovani, dan Gubernur Banten Andra Soni melakukan penanaman bawang bersama di Desa Sarakan, Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang. Kegiatan ini diharapkan dapat mewujudkan swasembada pangan di Banten serta menyuplai kebutuhan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Acara tersebut juga diisi dengan penandatanganan nota kesepakatan (MoU) pemberdayaan lahan dan badan usaha milik desa. Penandatanganan dilakukan oleh bupati dengan kepala kejaksaan negeri (kejari) se-Banten, bersama PT Pupuk Indonesia, Paskomnas, dan Universitas Telkom. Yandri, Andra Soni, dan Reda turut menyaksikan penandatanganan tersebut.
Gubernur Andra Soni menyampaikan harapannya agar swasembada pangan dapat terwujud di Banten. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara seluruh pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan tersebut.
“Saya punya keyakinan, program ini akan berkesinambungan selama kita koordinasi dan punya kepentingan bersama terkait ketahanan pangan,” ujar Andra.
Di Desa Sarakan, berbagai tanaman hortikultura ditanam di lahan desa seluas 1,5 hektare. Andra berharap program serupa dapat dijalankan di daerah-daerah lain di Banten. Ia menambahkan bahwa Kabupaten Lebak, yang luasnya sepertiga Provinsi Banten, memiliki banyak lahan yang dapat dimanfaatkan.
Reda Manthovani menjelaskan motivasinya menggagas program tersebut, yaitu keinginan untuk mengembangkan pertanian di Banten, yang merupakan tanah kelahiran neneknya. Ia mengungkapkan keprihatinannya atas rendahnya kontribusi produk Banten di pasar induk wilayah tersebut.
“Paskomnas mengeluh, ini kok di Banten, pasar induk di Banten, produk Banten hanya 5 persen. Saya minta Kejari Cilegon, Kejati Banten, tersontak. Nenek saya orang Pandeglang,” kata Reda.
Mendes Yandri mendukung langkah Kejaksaan Agung tersebut, menyatakan bahwa desa harus menjadi penyuplai bahan pangan untuk program makan bergizi gratis.
“Banten dapur hampir 1.000 SPPG. Itu baru pasar 5 persen. Ketika SPPG beroperasi, masalah itu akan menjadi permasalahan serius. Dengan program ini, desa tak hanya menjadi penonton, tapi pelaku utama, bukan hanya penikmat Makan Bergizi Gratis,” pungkas Yandri.