keepgray.com – Hari besar dalam Islam seperti Idul Fitri dan Idul Adha dirayakan dengan takbir sebagai ungkapan syukur kepada Allah SWT. Meski sama-sama disyariatkan, takbiran pada kedua hari raya ini memiliki perbedaan dalam bentuk dan waktu pelaksanaan.
Takbir dalam Islam terbagi menjadi dua, yaitu takbir muqayyad dan takbir mursal. Takbir muqayyad adalah takbir yang dibaca setelah sholat, baik wajib maupun sunnah, dan lebih dianjurkan pada Idul Adha. Waktunya dimulai sejak Subuh pada 9 Dzulhijjah (Hari Arafah) hingga setelah sholat Ashar pada 13 Dzulhijjah (akhir hari tasyrik).
Sementara itu, takbir mursal tidak terikat waktu dan tidak harus dikaitkan dengan sholat. Takbir ini dapat dilafalkan kapan saja dan disunnahkan pada Idul Fitri dan Idul Adha, meskipun lebih utama diamalkan saat Idul Fitri. Pada Idul Fitri, takbir mursal dimulai sejak terbenamnya matahari di akhir Ramadhan (malam 1 Syawal) hingga imam mengucapkan takbiratul ihram dalam sholat Id berjamaah.
Umat Islam dianjurkan melafalkan takbir mursal pada malam 10 Dzulhijjah sebagai persiapan menyambut sholat Idul Adha. Setelah itu, disunahkan pula mengucapkan takbir muqayyad setiap selesai sholat fardhu, mulai 9 Dzulhijjah hingga berakhirnya hari tasyrik, 13 Dzulhijjah.
Berikut bacaan takbir Idul Adha sesuai sunnah:
“Allaahu akbar allaahu akbar allaahu akbar. Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar. Allahu akbar wa lillaahilhamd.”
Artinya: “Allah maha besar Allah maha besar Allah maha besar. Tidak ada tuhan melainkan Allah, dan Allah maha besar. Allah maha besar dan segala puji bagi Allah.”
Adapun bacaan takbir versi panjangnya adalah sebagai berikut:
“Allaahu akbar allaahu akbar allaahu akbar. Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar. Allaahu akbar wa lillaahilhamd. Allaahu akbar kabiiraa walhamdulillaahi katsiiraa, wasubhaanallaahi bukrataw wa ashillaa. Laailaaha illallallahu walaa na’budu illaa iyyaahu. Mukhlishiina lahuddiin walau karihal kaafiruun. Walau karihal munafiqun. Walau karihal musyrikuun. Laailaahaillallaahu wahdah, shadaqa wa’dah, wanashara ‘abdah wa a’azza jundah, wahazamal ahzaaba wahdah. Laailaahaillallaahu wallaahu akbar. Allaahu akbar walillaahilhamd.”
Artinya: “Allah maha besar Allah maha besar Allah maha besar. Tidak ada tuhan melainkan Allah, dan Allah maha besar. Allah maha besar dan segala puji bagi Allah. Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan sebanyak-sebanyak puji, dan Maha suci Allah sepanjang pagi dan sore. Tiada Tuhan (yang wajib disembah) kecuali Allah dan kami tidak menyembah selain kepada-Nya dengan memurnikan agama Islam, meskipun orang-orang kafir, orang-orang munafik, orang-orang musyrik membencinya. Tiada Tuhan (yang wajib disembah) kecuali Allah dengan ke Esa anNya, Dia zat yang menepati janji, zat yang menolong hamba-Nya dan memuliakan bala tentara-Nya dan menyiksa musuh dengan ke-Esa-anNya. Tiada Tuhan (yang wajib disembah) kecuali Allah dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, dan segala puji hanya untuk Allah.”
Takbiran pada Idul Adha hukumnya sunnah, didasarkan pada firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 185. Takbiran ini merupakan wujud syukur atas nikmat Allah, terutama nikmat hewan ternak yang dapat dijadikan kurban, sebagaimana disebutkan dalam Surah Al-Hajj ayat 28.