keepgray.com – Serangan Amerika Serikat terhadap tiga fasilitas nuklir utama di Iran pada Sabtu malam kembali menyoroti Selat Hormuz, jalur pelayaran strategis yang vital bagi lalu lintas sekitar seperlima minyak dunia.
Iran telah lama mengancam akan menutup Selat Hormuz. Setelah serangan militer oleh AS, perwakilan Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei, Hossein Shariatmadari, menyerukan pembalasan segera, termasuk penutupan Selat Hormuz bagi kapal-kapal Amerika, Inggris, Jerman, dan Prancis.
Selat Hormuz, terletak di antara Teluk Persia dan Teluk Oman, adalah satu-satunya jalur laut dari Teluk Persia ke lautan terbuka. Selat ini menjadi rute ekspor utama bagi produsen Teluk seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Irak, dan Kuwait, memungkinkan sekitar 20% dari konsumsi minyak harian dunia (sekitar 20 juta barel) untuk melewatinya.
Selat ini telah menjadi pusat ketegangan regional selama beberapa dekade. Baru-baru ini, serangan terjadi di dekatnya dan menargetkan rute alternatif untuk minyak yang melewati Hormuz. Pada 12 Juni, Presiden Trump menyalahkan Iran atas serangan terhadap dua kapal tanker minyak di pintu masuk Teluk, meskipun Teheran membantahnya. Pada 19 Juli, Garda Revolusi Iran mengatakan telah menangkap kapal tanker minyak berbendera Inggris di Teluk setelah Inggris menangkap sebuah kapal Iran pada 4 Juli.
Saat ini, sekitar 50 kapal tanker minyak besar setiap hari melewati Selat Hormuz. Ancaman Iran setelah serangan AS menimbulkan kekhawatiran tentang gangguan konflik di Teluk terhadap perdagangan minyak global.
Penutupan Selat Hormuz berpotensi menaikkan harga minyak dan menyebabkan inflasi global karena menghubungkan Teluk Persia dengan Samudra Hindia.