Robet, Pendiri Tumbuh, Jadi Guru Besar UNJ

keepgray.com – Akademisi dan Co-Founder Tumbuh Institute, Prof. Dr. Robet MA, dikukuhkan sebagai Guru Besar Filsafat Sosial di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) pada Kamis, 12 Juni 2025. Pengukuhan ini menjadi puncak perjalanan akademiknya serta pengakuan atas dedikasi dan kontribusinya di bidang ilmu pengetahuan. Acara ini dihadiri oleh sejumlah akademisi, pejabat negara, serta pegiat sosial dan lingkungan.

Dalam pidato ilmiahnya yang bertajuk ‘Dari Emansipasi ke Ekosipasi: Politik Ekologi dan Kewargaan Baru Indonesia’, Prof. Robet menyampaikan terobosan intelektual dengan membongkar konsep emansipasi klasik yang antroposentris. Ia menggantinya dengan visi baru bernama ekosipasi. Menurutnya, emansipasi telah gagal menjawab tantangan zaman karena terlalu terpusat pada manusia dan mengabaikan bahaya kiamat antropologis akibat krisis ekologi.

Salah satu poin penting dalam orasinya, Prof. Robet merumuskan kembali nasionalisme Indonesia ke dalam bentuk baru yang disebutnya sebagai ‘eko-nasionalisme’. Dalam konsep ini, alam diposisikan sebagai warga negara dengan hak dan martabat setara, bukan sekadar objek pembangunan atau pusaka budaya.

Lebih lanjut, Prof. Robet juga mengangkat gagasan degrowth, yaitu demokratisasi pertumbuhan dengan cara menghentikan ekspansi produksi dan konsumsi yang merusak. Ia mengutamakan koeksistensi, keadilan distribusi, dan regenerasi ekologi.

Dosen Sosiologi UNJ ini juga memperkenalkan istilah eko-nasionalisme, sebuah bentuk nasionalisme yang memposisikan alam sebagai entitas politik dan hukum yang memiliki hak setara dengan manusia. Dalam konteks ini, gunung, sungai, pohon, dan laut bukan hanya pusaka atau sumber daya, tetapi warga negara yang harus dihormati, didengarkan, dan dilindungi.

Menutup orasinya, Prof. Robet menawarkan solusi praktis atas krisis ekologis yang mengancam dunia, melalui degrowth atau demokratisasi pertumbuhan. Ia menyerukan perlunya membatasi konsumsi dan produksi yang eksploitatif, serta membangun koeksistensi antara manusia dan alam melalui redistribusi sumber daya, dekomodifikasi layanan publik, dan penguatan ekonomi komunitas.

“Kita tidak sedang kekurangan kemajuan, tapi kekurangan keberanian untuk mendefinisikan ulang apa itu kemajuan. Degrowth bukan kemunduran, tapi jalan baru menuju keberlanjutan yang adil,” pungkas Prof. Robet.