Ritel Raksasa Tumbang: Ini Pemicunya!

keepgray.com – Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengungkapkan sejumlah ritel modern raksasa di Indonesia mengalami penutupan karena perubahan pola belanja masyarakat yang tidak diimbangi dengan daya tawar menarik dari pihak ritel.

Budi menjelaskan bahwa ritel modern yang hanya fokus pada penjualan tanpa memberikan pengalaman atau perjalanan berbelanja yang menarik akan kalah dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Pernyataan ini disampaikan saat penandatanganan nota kesepahaman dengan IKEA di Kantor Kemendag, Jakarta, pada Rabu (4/6).

Dahulu, masyarakat cenderung berbelanja kebutuhan bulanan di ritel modern. Namun, saat ini, mereka lebih memilih berbelanja untuk keperluan 1-2 hari di minimarket atau UMKM terdekat. Budi menambahkan bahwa pusat perbelanjaan dan department store yang hanya menawarkan tempat berbelanja tanpa fasilitas tambahan seperti tempat makan atau berkumpul juga akan mengalami penurunan pengunjung.

Mendag juga menyoroti peralihan tren belanja daring di kalangan masyarakat Indonesia. Sekitar 65 juta orang atau 33,3 persen dari penduduk usia produktif di Indonesia kini berbelanja melalui e-commerce. Hal ini menjadi tantangan tidak hanya bagi ritel modern, tetapi juga bagi UMKM.

Sebelumnya, beberapa gerai ritel telah menutup bisnisnya di Indonesia, termasuk supermarket asal Korea Selatan, GS Supermarket, yang menutup 10 gerainya. Selain itu, Supermarket Giant yang dikelola oleh PT Hero Supermarket Tbk (HERO) juga menutup gerai-gerainya pada Juli 2021 setelah mengalami kerugian sejak 2017. Sempat beredar kabar mengenai kebangkrutan pasar swalayan asal Uni Emirat Arab (UEA), LuLu Hypermarket, namun kabar ini dibantah oleh pihak manajemen.

Corporate Affairs Director LuLu Group International, Luthfi Husin, menjelaskan bahwa perusahaan sedang mempersiapkan perubahan strategi bisnis karena kondisi bisnis ritel yang sedang lesu. Detail mengenai bisnis baru tersebut masih dirahasiakan karena masih dalam proses pengembangan.