keepgray.com – Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon memberikan jawaban atas kontroversi pemasangan stairlift di Candi Borobudur dengan mencontohkan negara lain yang telah menggunakan alat serupa di sejumlah tempat warisan budaya. Diskursus mengenai stairlift di Candi Borobudur mencuat seiring kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada akhir Mei lalu. Pemerintah sebelumnya menyatakan bahwa pemasangan stairlift tidak akan merusak cagar budaya.
Seusai acara tersebut, Fadli Zon mengungkapkan rencana pemerintah untuk mempermanenkan stairlift Candi Borobudur, namun wacana itu akan diuji coba terlebih dahulu. “Kita harapkan, nanti ini uji coba dulu ya,” kata Fadli Zon kepada wartawan di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (29/5/2025).
Fadli Zon menegaskan bahwa pemasangan stairlift tidak akan menimbulkan masalah dan bahkan sudah menjadi hal umum di semua cagar budaya dunia. Ia memastikan pemasangan stairlift ini tidak akan merusak cagar budaya. “Nggak ada masalah itu, kita akan ke depan ini karena untuk inklusivitas. Di semua cagar budaya dunia sudah dipasang dan kita harapkan ke depan ini kan sekaligus kemarin kita sudah rencanakan lama, akan kita coba permanenkan,” ujarnya. Fadli menambahkan bahwa stairlift bersifat portabel dan tidak merusak, tanpa satu pun mur atau baut yang merusak batu.
Wacana pemerintah untuk mempermanenkan stairlift di Candi Borobudur menuai komentar dari DPR. Wakil Ketua Komisi X DPR, Lalu Hadrian Irfani, meminta pemerintah melakukan kajian teknis dan arkeologis terkait wacana tersebut. “Terkait rencana tersebut, tentu saya ingin agar pemerintah mengutamakan pelestarian nilai-nilai historis dan arsitektural situs warisan dunia sebagai pertimbangan utama,” kata Lalu, Sabtu (31/5/2025).
Lalu mengingatkan bahwa pemasangan stairlift berisiko mengganggu keaslian struktur dan estetika candi. Ia meminta pemerintah mengkaji secara teknis dan arkeologis, serta melibatkan pihak UNESCO. “Penggunaan stairlift permanen, meskipun bertujuan meningkatkan aksesibilitas, berisiko mengganggu keaslian struktur dan estetika candi yang telah dijaga selama berabad-abad,” ujarnya.
Wakil Ketua Komisi X DPR Fraksi PDIP, My Esti Wijayati, menambahkan bahwa pemasangan alat mekanik di kawasan cagar budaya harus tunduk pada regulasi dan mempertimbangkan dampaknya pada struktur bangunan. “Kita harus melihat ketentuan peraturan perundangan yang mengatur soal cagar budaya. Apakah pemasangan alat bantu itu diperbolehkan, dan perlu adanya pertimbangannya harus matang terutama soal dampak terhadap struktur bangunan,” ujar Esti, Jumat (30/5).
Esti menyebut bahwa struktur Borobudur terus mengalami penurunan secara alami setiap tahun. Pemasangan stairlift permanen dianggap akan memperburuk kondisi itu. Ia menekankan bahwa Candi Borobudur bukan sekadar objek wisata, melainkan tempat ibadah dan pusat spiritual umat Buddha, sehingga fungsi religius harus tetap menjadi prioritas utama.
Menanggapi kritik tersebut, Fadli Zon mengajak untuk melihat contoh penerapan stairlift di sejumlah warisan budaya di negara lain. “Kalau kita datang ke situs-situs heritage dunia itu sudah ada, dipasang di mana-mana, kita ini terlambat. Jadi kita memang perlu piknik gitu ya, untuk melihat warisan budaya, misalnya di Angkor Wat, di Akropolis, ya di mana-mana itu sudah dipasang,” kata Fadli Zon, Jumat (6/6). Ia menambahkan bahwa pemasangan stairlift merupakan bagian dari inklusivitas cagar budaya dan tidak bersifat masif, serta digunakan oleh orang tua atau disabilitas.