keepgray.com – Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dibekali dengan pancaindera dan “rasa keagamaan” yang mendorong kepatuhan terhadap ajaran Tuhan. Rasa agama memunculkan kepercayaan, ketundukan, dan ketaatan kepada Sang Pencipta.
Al-Qur’an, sebagai firman Allah, berfungsi sebagai petunjuk hidup dan menjanjikan pahala bagi yang mengikutinya, seperti yang tertuang dalam surah Al-Isra’ ayat 9. Ayat ini menjelaskan bahwa Al-Qur’an memberikan petunjuk ke jalan yang lurus, yaitu agama Islam yang berlandaskan tauhid. Agama ini mengajarkan bahwa hanya Allah SWT yang memiliki kekuasaan mutlak atas alam semesta. Al-Qur’an juga memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang beramal saleh berupa pahala yang berlimpah di akhirat. Sebaliknya, Al-Qur’an memberikan peringatan bagi mereka yang tidak mempercayai hari pembalasan dengan azab yang pedih.
Seseorang yang kehilangan rasa keagamaan tidak dapat merasakan kebenaran agama, mirip dengan orang buta yang tidak dapat melihat warna. Mereka menolak hal-hal gaib dan nilai-nilai keagamaan, seperti yang digambarkan dalam surah Al-Baqarah ayat 7, di mana hati dan pendengaran mereka terkunci dari kebenaran.
Di negara Barat, hilangnya rasa keagamaan telah menyebabkan kehidupan yang bebas dan materialistis, namun tanpa ketenangan. Oleh karena itu, rasa keagamaan di Indonesia harus tetap dijaga sebagai perekat persatuan, gotong royong, dan toleransi, serta sebagai landasan hidup berbangsa dan bernegara, sebagaimana tercermin dalam sila pertama Pancasila, “Ketuhanan Yang Maha Esa.”
Aunur Rofiq, Ketua DPP PPP periode 2020-2025, berharap agar Allah SWT senantiasa menumbuhkan rasa keagamaan di hati rakyat Indonesia dan para pemimpinnya.