keepgray.com – Amerika Serikat (AS) dikabarkan akan mengizinkan Iran untuk memperkaya Uranium pada level rendah dalam jangka waktu yang telah ditentukan, sebagai bagian dari proposal kesepakatan nuklir yang diajukan pemerintahan Donald Trump. Laporan ini dilansir oleh Axios pada Senin (2/6/2025).
Proposal ini dapat diterima oleh pihak-pihak yang mendukung kesepakatan nuklir, mengingat desakan Iran untuk mempertahankan hak memperkaya Uranium hingga level tertentu. Namun, langkah ini diperkirakan akan menuai kritik tajam dari Israel dan sekutunya di Kongres AS.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sebelumnya telah menyuarakan dukungan untuk opsi serangan militer pendahuluan terhadap Iran. Israel menginginkan kesepakatan nuklir yang serupa dengan kesepakatan yang dicapai mantan Pemimpin Libya, Muammar Gaddafi, pada tahun 2003, yang berujung pada penghancuran total infrastruktur nuklir Libya.
Presiden Trump menyatakan pekan lalu bahwa ia telah memperingatkan Netanyahu untuk tidak melancarkan serangan pendahuluan terhadap Iran. Namun, pada hari Jumat, ia juga menyatakan keinginannya untuk mencapai kesepakatan yang memungkinkan “kita dapat meledakkan apa pun yang kita inginkan, tetapi tanpa korban jiwa.”
Menurut laporan Axios, usulan yang diajukan akan memungkinkan Iran memperkaya uranium hingga 3% di dalam wilayahnya untuk mempertahankan program nuklir sipil. Tingkat pengayaan ini jauh di bawah level 60% yang berlaku saat ini, namun mendekati level 3,67% yang disetujui pemerintahan Barack Obama dengan Iran sebagai bagian dari kesepakatan nuklir 2015, yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).
Sebagai informasi tambahan, pemerintahan Trump sebelumnya secara sepihak menarik diri dari JCPOA pada tahun 2018. Jika usulan ini diterapkan seperti yang dilaporkan Axios, hal itu akan menandai konsesi besar dari pemerintahan Trump, yang sebelumnya menetapkan garis merah bahwa kesepakatan tersebut harus mencegah Iran memperkaya uranium.