keepgray.com – Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Andre Rosiade, mendorong PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk untuk bertransformasi menjadi perusahaan digital yang lebih inovatif, efisien, dan berkeadilan. Kritiknya disertai solusi strategis agar Telkom mampu menghadapi tantangan perkembangan teknologi digital yang pesat.
Hal tersebut disampaikan Andre dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VI DPR bersama jajaran Direksi Telkom dan Subholding, Rabu (3/7/2025). Andre Rosiade menyoroti ketidakseimbangan antara investasi besar yang dikeluarkan oleh operator jaringan di Indonesia dengan keuntungan besar yang diperoleh perusahaan Over The Top (OTT) seperti Netflix, Facebook, dan YouTube.
“Sejak 2021 saya sudah menyuarakan ini. Telkom dan operator lainnya menggelontorkan triliunan rupiah untuk membangun infrastruktur jaringan setiap tahun, tapi yang menikmati justru perusahaan OTT asing. Mereka tidak ikut menanggung biaya, tapi menggunakan layanan internet kita secara gratis,” ujar Andre Rosiade.
Andre menilai bahwa kondisi ini menciptakan ketidakadilan digital dan berdampak langsung pada lambatnya layanan internet kepada masyarakat, terutama dalam pelayanan publik seperti pendidikan, kesehatan, dan pemerintahan.
“Kita bangun jaringan untuk pendidikan dan pelayanan masyarakat, tapi justru dipakai dominan oleh OTT asing tanpa kontribusi. Akibatnya, layanan ke rakyat jadi lelet. Indonesia termasuk dalam daftar 120 negara dengan kecepatan internet terendah di dunia. Ini ironis,” imbuhnya.
Ia meminta agar Telkom memanfaatkan posisi strategis Komisaris Utama yang juga menjabat Wakil Menteri Kominfo untuk memperjuangkan regulasi khusus OTT dalam bentuk Peraturan Menteri (Permen). Andre menekankan pentingnya regulasi bagi hasil antara OTT dan operator nasional agar Indonesia tidak terus dirugikan.
“Saya sudah empat tahun menyuarakan ini. Sudah tiga menteri berganti, tapi regulasinya belum juga keluar. Ini harus jadi prioritas Ibu Direktur Utama Telkom yang baru. Ini PR 100 hari pertama,” tegasnya.
Selain isu OTT, Andre Rosiade juga menekankan pentingnya Telkom mengembangkan bisnis data center sebagai sumber pertumbuhan baru, mengingat bisnis utama seperti Telkomsel mulai mengalami penurunan.
“Bisnis Telkomsel trennya menurun. Telkom harus menciptakan pertumbuhan baru, dan salah satunya adalah data center. Tapi pembangunan data center ini harus memperhatikan dua hal: efisiensi biaya dan kontrol mayoritas saham oleh Telkom,” kata Andre.
Andre Rosiade mengingatkan agar Telkom tidak mengulangi kesalahan seperti pada kasus Telkomsel, di mana kepemilikan saham Singtel lebih besar daripada Telkom dalam beberapa lini.
“Kita punya modal, jangan sampai data center justru dikuasai asing. Juga pastikan biaya pembangunan lebih efisien dari pihak swasta agar bisa bersaing dari sisi harga layanan,” jelasnya.
Andre Rosiade berharap Telkom dapat mengambil langkah-langkah konkret dan cepat dalam membenahi struktur bisnis, memperluas inovasi digital, serta memperjuangkan regulasi yang adil di sektor telekomunikasi. Ia menegaskan bahwa transformasi Telkom bukan hanya soal profit, tetapi juga menyangkut kedaulatan digital, pelayanan publik yang merata, dan masa depan industri nasional di tengah derasnya arus disrupsi teknologi global.