Minyak Naik 2% Efek Perang Iran-Israel

keepgray.com – Harga minyak dunia mengalami kenaikan hampir 2 persen pada hari Selasa (17/6), dipicu oleh meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel yang memicu kekhawatiran akan terganggunya pasokan minyak global.

Kontrak berjangka Brent tercatat naik US$1,17 atau 1,6 persen menjadi US$74,40 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mengalami kenaikan sebesar US$1,34 atau 1,87 persen, mencapai US$73,11 per barel setelah sebelumnya sempat naik lebih dari 2 persen di awal sesi perdagangan.

Kenaikan ini terjadi setelah sebelumnya harga minyak sempat turun lebih dari 1 persen pada hari Senin (16/6), menyusul harapan meredanya ketegangan geopolitik setelah laporan media menyebutkan bahwa Iran ingin mengakhiri konflik.

Namun, situasi kembali memanas pada hari kelima konflik ketika media Iran melaporkan adanya ledakan dan tembakan pertahanan udara di ibu kota Teheran. Di pihak Israel, sirene peringatan serangan udara terdengar di Tel Aviv sebagai respons terhadap serangan rudal Iran.

Iran merupakan produsen minyak terbesar ketiga di antara negara-negara anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC). Eskalasi konflik berpotensi mengganggu pasokan minyak dari negara tersebut dan mendorong kenaikan harga.

Pada hari Senin, serangan Israel dilaporkan menghantam lembaga penyiaran negara Iran. Kepala badan pengawas nuklir PBB juga melaporkan adanya kerusakan besar di fasilitas pengayaan uranium utama Iran.

Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa Iran seharusnya menandatangani kesepakatan nuklir sebelum serangan Israel terjadi, dan meyakini bahwa Teheran kini ingin kembali berunding. Pelepasan sanksi AS sebagai bagian dari kesepakatan nuklir dapat membuka peluang bagi Iran untuk mengekspor lebih banyak minyak, yang berpotensi menekan harga global.

Sementara itu, OPEC dan sekutunya termasuk Rusia (OPEC+), yang memproduksi sekitar setengah dari total minyak dunia, memperkirakan ekonomi global akan tetap tangguh pada paruh kedua tahun ini. OPEC+ juga memangkas proyeksi pertumbuhan pasokan minyak dari negara-negara non-OPEC+ pada 2026.