keepgray.com – Suara takbir Idulfitri memiliki makna tersendiri bagi Ainul Yakin, seorang masinis KRL yang telah 10 tahun bertugas. Pengabdiannya sebagai masinis mengharuskan Ainul mengesampingkan kesempatan merayakan Lebaran bersama keluarganya.
Ainul, yang akrab disapa Mas Nul, menceritakan pengalamannya selama satu dekade menjadi masinis KRL di wilayah Jabodetabek. Pada Senin, 16 Juni 2025, ia bertugas mengendalikan KRL di jalur tersibuk, yaitu Jakarta Kota-Bogor.
Selama menjadi masinis, suka duka telah menjadi bagian dari perjalanan hidup Mas Nul. Momen Idulfitri, yang identik dengan kebersamaan keluarga, menjadi tantangan tersendiri baginya. Sejak tahun 2015, Mas Nul harus merelakan momen tersebut.
“Karena momen Lebaran untuk melayani penumpang kan,” ujar Mas Nul.
Pria berusia 31 tahun ini menambahkan, “Sedihnya tuh ya dengar takbir keinget kita waktu Lebaran di kampung ya kan. Apalagi kalau yang waktu bujang, itu yang paling nyes.”
Mas Nul saat ini tinggal di Depok bersama istri dan seorang anak berusia 4 tahun. Namun, ia masih merasakan kesendirian saat Lebaran ketika masih tinggal sendiri di kos.
“Lihat orang lain takbiran ramai-ramai, kita di kosan ya kan, itu yang sedih,” ungkap Mas Nul.
KRL tetap beroperasi normal selama masa Lebaran. Pada tahun 2025, masa Angkutan Lebaran berlangsung dari 21 Maret hingga 11 April, sementara Hari Raya Idulfitri jatuh pada 9 April 2025.
Setelah bertahun-tahun tidak dapat pulang kampung, Mas Nul akhirnya berkesempatan mengajak kedua orang tuanya dari Pasuruan, Jawa Timur, ke Depok pada tahun ini. Hal ini menjadi kesempatan baginya untuk tetap berkumpul bersama keluarga di tengah tugasnya sebagai masinis KRL.
“Baru tahun ini bapak-ibu saya ajak ke sini karena saya pengin ngerasain bareng keluarga, bareng orang tua,” kata Mas Nul.
Di balik pengorbanannya, Mas Nul turut berperan dalam mempertemukan banyak orang dengan keluarga mereka di masa Lebaran, serta memberikan layanan transportasi KRL yang mengutamakan ketepatan waktu setiap harinya.