keepgray.com – Sekelompok orang menggelar aksi solidaritas untuk Palestina dengan melakukan long march dari Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) hingga kawasan Car Free Day (CFD) Bundaran HI, Jakarta Pusat, pada Minggu (15/6). Aksi ini menyerukan kemerdekaan bagi Palestina.
Massa tiba di Bundaran HI sekitar pukul 08.30 WIB. Aksi bertajuk ‘Solidarity March with Global March to Gaza’ ini merupakan bentuk dukungan untuk pembebasan Palestina dari pendudukan Israel. Massa aksi terdiri dari Koalisi Masyarakat Sipil (KontraS), Humanity Youth, dan berbagai kelompok lainnya.
Sambil mengitari Bundaran HI dan berbaur dengan warga yang menikmati CFD, massa menyuarakan kebebasan Palestina. Mereka membawa atribut bendera Palestina berukuran besar dan meneriakkan yel-yel seperti “From the river to the sea!” dan “Palestine will be free!”.
Selain itu, massa aksi juga membawa poster-poster berisi seruan pembebasan dan tuntutan penghentian genosida. Spanduk bertuliskan “Indonesian citizen solidarity march with march to Gaza and freedom flotilla coalition” juga terlihat. Beberapa poster lainnya bertuliskan “Palestine exist, resist, return!” dan “Stop genocide in Gaza, Netanyahu just like the demon. Hell’s the best place for you and your allies. Ceasefire.”
Salah seorang peserta aksi dari Koalisi Masyarakat Sipil (KontraS), Nadine Sherani, menjelaskan bahwa aksi ini dipicu oleh upaya aktivis di Mesir yang berjuang membuka akses bantuan kemanusiaan ke Gaza, yang saat ini diblokade oleh otoritas Israel.
Nadine juga menyoroti pernyataan pemerintah Indonesia pada 28 Mei 2025 yang menyatakan akan mengakui Israel jika entitas tersebut mengakui kedaulatan Palestina. Menurutnya, pernyataan ini membangkang dari perjuangan dan solidaritas yang telah dibentuk oleh masyarakat sipil Indonesia.
Massa aksi sempat berorasi di depan Kedutaan Besar AS untuk menyoroti peran AS dalam mendanai dan mendukung tindakan Israel di Palestina. Setelah itu, mereka berencana menuju Kedutaan Besar Mesir untuk mengecam sikap pemerintah Mesir yang memblokade upaya bantuan kemanusiaan.
Nadine berharap aksi ini mendapat respons langsung dari Kedutaan Besar Mesir dan menjadi respons terhadap pernyataan pemerintah Indonesia terkait pengakuan Israel. Ia menekankan bahwa solidaritas kemanusiaan seharusnya tidak bersyarat dan yang dibutuhkan oleh masyarakat di Gaza saat ini adalah aksi nyata seperti membuka jalur bantuan dan memutus hubungan ekonomi dengan negara penindas.
Aksi solidaritas ini membawa tiga tuntutan utama, yaitu membuka akses bantuan kemanusiaan ke Gaza, mendesak pemerintah Indonesia mencabut rencana pengakuan terhadap kedaulatan Israel, dan menghentikan segala bentuk kegiatan ekonomi antara Israel dan Indonesia.