keepgray.com – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengungkapkan makna mendalam di balik syariat penyembelihan hewan kurban pada momen Idul Adha. Menurutnya, kurban bukan sekadar tentang daging dan darah, melainkan tentang ketakwaan dan kemampuan melepaskan segala yang dimiliki di dunia demi kebaikan bersama.
Haedar menjelaskan bahwa esensi kurban terletak pada ketakwaan, sebagaimana yang tertuang dalam Surah Al-Hajj ayat 37. Ia menekankan bahwa melalui kurban, jiwa, hati, pikiran, dan rasa manusia akan terbebaskan, semata-mata karena Allah SWT untuk meraih rida dan karunia-Nya.
Lebih lanjut, Haedar mengingatkan bahwa segala yang dimiliki manusia, mulai dari harta, kekuasaan, hingga kesenangan duniawi, bersifat nisbi atau tidak abadi. Oleh karena itu, Allah SWT mengajarkan umat beriman untuk “berkurban,” memanfaatkan harta dan hal-hal duniawi untuk ibadah dan kemaslahatan orang banyak, bukan untuk ditumpuk atau dikuasai dengan rakus.
Haedar menyoroti sifat dasar manusia yang cenderung ingin menguasai segalanya, di mana harta, kekuasaan, dan pesona dunia seringkali membuat manusia tidak pernah merasa puas. Kondisi ini bahkan dapat mendorong manusia menghalalkan segala cara, seperti korupsi atau penyalahgunaan kekuasaan, yang menunjukkan ketamakan.
Mengutip Surah At-Taktsur, Haedar menyatakan bahwa manusia yang rakus dengan segala pesona duniawi tidak akan pernah merasa cukup sampai ajal menjemput. Oleh sebab itu, ia menekankan pentingnya setiap orang beriman untuk mengoreksi diri, mengevaluasi apakah selama ini hidup mereka dipenuhi ketamakan, ambisi tak terbatas, dan sikap takabur yang membuat lupa akan nilai-nilai luhur ketakwaan.
Haedar berpesan agar setiap individu beriman melepaskan segala kepentingan demi kebenaran, kebaikan, keluhuran, dan kemaslahatan hidup orang banyak. Ia menambahkan bahwa jika hal ini dapat dipenuhi, maka berkurban sejatinya telah membebaskan manusia dari segala pesona duniawi, sehingga hidup menjadi cukup dan moderat, serta membawa kemaslahatan baik di dunia maupun di akhirat.