keepgray.com – Korea Selatan mengangkat tiga isu penting dalam keketuaannya di forum konsultatif negara-negara middle power MIKTA (Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turkiye, dan Australia), salah satunya adalah upaya pembangunan perdamaian.
Hal tersebut disampaikan oleh Chung Eunsook, Emeritus Senior Fellow of the Sejong Institute of The Republic of Korea, dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) bekerja sama dengan The Korea Foundation dalam program Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea 2025.
Selain Chung Eunsook, hadir pula sebagai pembicara Direktur Pembangunan, Ekonomi dan Lingkungan Hidup Kementerian Luar Negeri Indonesia, Tri Purnajaya; Kuasa Usaha ad Interim Kedutaan Besar Meksiko untuk Indonesia, Alonso Martin; Executive Director of Asia‑Pacific Development, Diplomacy & Defence Dialogue, Mellisa Conley; dan Associate Professor Department of Asian Studies of Institute for Area Studies of Social Sciences University of Ankara (SSUA).
Acara tersebut dibuka dengan sambutan dari pendiri FPCI, Dino Patti Djalal, yang menyoroti relevansi MIKTA dan peran penting negara-negara kekuatan menengah di tengah situasi global yang penuh ketidakpastian.
Kuasa Usaha ad Interim Kedubes Korsel untuk Indonesia, Park soo-deok, menekankan pentingnya MIKTA sebagai forum konsultatif informal. Ia berharap kolaborasi antarnegara anggota MIKTA dapat memperkuat peran mereka sebagai kekuatan menengah dalam urusan global.
“Kita berkumpul di sini untuk mengeksplorasi bagaimana MIKTA dapat memperkuat perannya di tengah lanskap geopolitik global yang semakin kompleks, ditandai oleh rivalitas antar kekuatan besar yang kian intens dan berbagai konflik yang sedang berlangsung,” kata Park soo-deok di Jakarta, Kamis (26/6/2025).
Chung Eunsook kemudian memaparkan tiga prioritas utama Korsel dalam kepemimpinannya di MIKTA 2025, yaitu peace building (membangun perdamaian), youth engagement (keterlibatan pemuda), dan percepatan implementasi Sustainable Development Goals (SDGs).
Mengenai isu pembangunan perdamaian, Chung menyatakan bahwa Korsel merupakan pendukung setia upaya perdamaian PBB, dengan penekanan khusus pada pemberdayaan perempuan dan pemuda di wilayah-wilayah yang terdampak konflik. Ia menambahkan bahwa Korsel pernah menjabat sebagai Ketua Komite Organisasi Peacebuilding Commission pada 2017 dan wakil ketua pada 2016, serta menjadi anggota komisi tersebut untuk periode 2023-2025.
“Saya pikir, sebagai kelompok kekuatan menengah yang proaktif, anggota MIKTA membawa pengalaman berharga dalam pencegahan konflik, pemulihan pasca-konflik, dan proses perdamaian yang inklusif,” ujar Chung.
Chung juga menyoroti pentingnya keterlibatan pemuda dalam mengatasi tantangan global yang kompleks, dengan menyatakan bahwa pemuda memainkan peran kunci dalam membangun masyarakat yang inklusif dan tangguh.
“Sejak awal MIKTA, Korea telah memprioritaskan keterlibatan pemuda melalui MIKTA Young Leaders Program tahunan. Saya bangga atas hal ini. Ini langkah yang baik untuk melibatkan pemuda dalam diplomasi kekuatan menengah kita,” imbuhnya.
Terakhir, Chung menekankan perlunya percepatan implementasi SDGs, mengingat upaya dunia dalam mencapai target SDGs 2030 belum menunjukkan progres yang signifikan. Dengan hanya lima tahun tersisa, ia mendorong kembali semangat seluruh negara untuk mencapai target-target SDGs.
“Tahun ini SDGs menjadi prioritas utama, dan MIKTA bisa memainkan peran penting dalam mempercepat pelaksanaannya,” pungkasnya.