keepgray.com – Jakarta, 1 Muharram 1447 H menandai datangnya tahun baru dalam kalender Hijriyah. Momen ini bertepatan dengan hari Jumat, menjadi spesial bagi umat Muslim untuk memulai tahun baru Islam dengan Khutbah Jumat 1 Muharram yang bermakna dan membangkitkan semangat perubahan.
Khutbah Jumat 1 Muharram 1447 H bukan sekadar rutinitas mingguan, melainkan momen spiritual penting untuk menanamkan nilai hijrah dalam kehidupan. Dengan tema dan isi yang relevan, khutbah ini diharapkan menjadi awal perubahan positif bagi umat Islam di tahun baru Hijriyah.
Berikut adalah beberapa naskah khutbah Jumat tentang tahun baru Islam 1 Muharram 1447 H, yang dikutip dari laman Kementerian Agama dan NU Online:
**Menyerap Pelajaran Penting Tahun Baru Hijriah**
*Oleh: Alif Budi Luhur*
**Khutbah I**
Khutbah pertama membahas tentang pergantian tahun Hijriah yang mengandung sejarah dan nilai-nilai relevan. Nabi Muhammad SAW tidak menetapkan kapan tahun baru Islam dimulai, begitu pula Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq. Penanggalan resmi diputuskan pada era Khalifah Umar bin Khathab melalui musyawarah.
Semula ada usulan tahun Islam dihitung mulai dari masa kelahiran Nabi Muhammad, namun Umar bin Khatab menolak usulan ini. Forum musyawarah menyepakati momen hijrah Nabi dari Makkah ke Madinah sebagai awal penghitungan kalender Islam (qamariyah) yang merujuk pada perputaran bulan.
Dipilihnya momen hijrah mengandung makna mendalam. Kelahiran adalah peristiwa alamiah, sedangkan hijrah mengandung tekad, semangat perjuangan, perencanaan, dan kerja keras mencapai tujuan yang jelas: terwujudnya nilai-nilai kemanusiaan universal berlandaskan asas ketuhanan dalam Islam (rahmatan lil ‘alamin).
Nabi memutuskan hijrah setelah 13 tahun berdakwah di Makkah dengan berbagai tantangan. Awalnya dakwah dilakukan secara tersembunyi, lalu terbuka. Rintangan datang dari caci maki, kekerasan fisik, hingga percobaan pembunuhan, yang dilalui dengan sabar dan bijaksana. Modal utama keberhasilan Nabi adalah akhlak mulia.
Rasulullah tampil sebagai agen perubahan di tengah masyarakat Arab yang bejat, dengan asas tauhid yang melenceng dan nilai-nilai kemanusiaan yang rendah. Nabi mengubah cara pandang dan perilaku masyarakat jahiliyah, menghadapi pembesar suku yang iri dan tamak kekuasaan. Pengikut Islam bertambah, tekanan dari musyrikin Quraisy juga meningkat. Atas perintah Allah, Nabi Muhammad bersama sahabatnya hijrah dari Makkah ke Yatsrib (Madinah).
Di Yatsrib, Rasulullah disambut positif penduduk setempat. Nabi membangun peradaban Islam yang kokoh, memupuk persaudaraan antara Muhajirin dan Ansor, serta menciptakan kesepakatan dengan kelompok di luar Islam demi kehidupan masyarakat yang damai.
Setelah hijrah, Nabi mengubah nama Yatsrib menjadi Madinah (tempat peradaban). Perubahan nama ini memberi pesan tentang pergeseran pola perjuangan Nabi: dari penyadaran pribadi menuju dakwah dalam konteks sosial terorganisasi dalam negara Madinah. Konstitusi (mitsaq al-madinah atau Piagam Madinah) dibangun, struktur pemerintahan disusun, dan aturan-aturan Islam seputar muamalah dikeluarkan. Nabi menjadikan Piagam Madinah sebagai titik temu masyarakat Madinah yang plural, meliputi Muslim, Yahudi, suku-suku, dan lain-lain.
Ada dua poin penting dari ulasan tersebut. Pertama, tahun baru hijriah harus dimaknai dalam kerangka perjuangan Nabi merealisasikan nilai-nilai kemanusiaan universal berlandaskan asas ketuhanan dalam Islam. Dalam perjuangan itu ada ikhtiar, pengorbanan, keteguhan prinsip, keseriusan, kesabaran, dan keikhlasan.
Kedua, Nabi tidak membangun negara berdasarkan fanatisme kelompok atau suku. Rasulullah menginisiasi terciptanya kesepakatan bersama kepada seluruh penduduk Yatsrib untuk kepentingan jaminan kebasan beragama, keamanan, penegakan akhlak mulia, dan persaudaraan antaranggota masyarakat. Tujuan dari kesepakatan tersebut masih relevan kita terapkan hingga sekarang. Inilah hijrah yang tak hanya bermakna secara harfiah “pindah tempat”, melainkan juga pindah orientasi: dari yang buruk menjadi yang baik, dari yang baik menjadi lebih baik. Dan Rasulullah meneladankan, perubahan tersebut tak hanya untuk dirinya sendiri tapi juga untuk masyarakat secara kolektif.
Semoga pergantian tahun hijriah membawa keberkahan bagi umur kita dengan belajar dari peristiwa hijrah Rasulullah yang monumental lengkap dengan nilai-nilai positif di dalamnya.
**Khutbah II**
Khutbah kedua berisi pujian kepada Allah atas segala nikmat dan ajakan untuk bersyukur. Selain itu, khutbah ini juga berisi doa untuk kaum Muslimin dan Muslimat, serta permohonan agar Allah menjauhkan bala dan musibah dari negeri ini.
**Menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram**
*Oleh: Sekretaris MUI Provinsi Lampung, Muhammad Faizin*
**Khutbah I**
Khatib mengajak jamaah untuk senantiasa bersyukur kepada Allah dan menyampaikan shalawat pada Rasulullah, serta meningkatkan ketakwaan dengan menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Kehidupan di dunia ini seperti melewati jalan dengan lintasan penuh dinamika dan tantangan. Perjalanan kita menyisakan masa lalu sebagai pengalaman, masa kini sebagai kenyataan, dan masa depan sebagai harapan. Kita butuh rambu-rambu agar senantiasa lancar dan selamat sampai ke tujuan, dan ketakwaan adalah rambu-rambu yang memandu kita berada pada jalan yang benar.
Dalam perjalanan panjang, kita harus menyempatkan diri berhenti istirahat untuk mengumpulkan semangat dan tenaga. Begitu juga dalam kehidupan di dunia, kita mesti menyediakan waktu untuk melakukan introspeksi, evaluasi, menghitung, sekaligus kontemplasi yang dalam atau muhasabah.
Ada 5 manfaat yang bisa dirasakan dari upaya melakukan ‘charging’ semangat hidup melalui introspeksi diri:
1. Sebagai wahana mengoreksi diri.
2. Upaya memperbaiki diri.
3. Momentum mawas diri.
4. Memperkuat komitmen diri.
5. Sebagai sarana meningkatkan rasa syukur dan tahu diri.
**Khutbah II**
Khutbah kedua berisi pujian kepada Allah dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Selain itu, khatib juga mengajak jamaah untuk bertakwa kepada Allah dengan menjauhi perbuatan keji dan mungkar, serta memelihara ketaatan kepada Allah. Khutbah ini juga berisi doa untuk kaum Muslimin dan Muslimat, serta permohonan agar Allah menjauhkan bala dan musibah.