Kemenyan RI Raja Ekspor Global, Nilai Rp847 M

keepgray.com – Indonesia memantapkan posisinya sebagai negara pengekspor kemenyan terbesar di dunia, mengungguli India dan Singapura berdasarkan data dari perusahaan informasi ekspor-impor Volza per 11 April 2025. Kemenyan, atau getah Styrax Benzoin (benzoin gum), menjadi komoditas ekspor unggulan Indonesia.

Data Volza menunjukkan Indonesia melakukan 1.216 pengiriman kemenyan, jauh melampaui India dengan 177 pengiriman dan Singapura dengan 101 pengiriman. Pada periode Oktober 2023 hingga September 2024, ekspor kemenyan Indonesia mencapai 189 pengiriman, meningkat 28% dibandingkan tahun sebelumnya. Khusus September 2024, ekspor tercatat 17 kali, naik 55% dari September 2023 dan 21% dari Agustus 2024. Tujuan utama ekspor kemenyan Indonesia adalah India, Singapura, dan Uni Emirat Arab (UAE). Saat ini, terdapat 160 pemasok di Indonesia yang aktif mengekspor komoditas ini ke 178 pembeli di seluruh dunia, dengan 62 eksportir aktif pada periode Oktober 2023-September 2024.

Tiga perusahaan mendominasi ekspor kemenyan Indonesia, yaitu CV Aroma Co, PT Java Agro Timber Investama, dan PT Karimun Kencana Aromatics, dengan kontribusi gabungan sebesar 54% dari total ekspor.

Potensi ekonomi kemenyan juga menjadi perhatian pemerintah. Ketua Dewan Ekonomi Nasional, Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan niat untuk mendorong hilirisasi kemenyan. Pada tahun 2024, ekspor kemenyan Indonesia mencapai 43 ribu ton dengan nilai lebih dari US$52 juta (sekitar Rp847,6 miliar dengan asumsi kurs Rp16.299 per dolar AS). Luhut menambahkan sekitar 30% masyarakat di Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan menggantungkan hidupnya pada komoditas ini.

Sejarah kemenyan di Indonesia terekam dalam berbagai penelitian, termasuk studi Pusat Riset Perhutanan Internasional dan Agroforestri Dunia (CIFOR-ICRAF) pada tahun 2004. Studi tersebut mencatat penanaman kemenyan di Sumatera Utara telah berlangsung lebih dari 200 tahun, merujuk pada catatan pemerintah kolonial Belanda tentang pengolahan styrax benzoin. Masyarakat Sumatera Utara menanam kemenyan di lahan perkebunan hutan, dengan area tanam sekitar 20 ribu hektare di ketinggian 700-1.400 meter di atas permukaan laut, terutama di distrik Tapanuli Utara (87%).

Masa kejayaan kemenyan Sumatera Utara terjadi pada era 1970-an, di mana harga 1 kg kemenyan setara dengan 32 kg beras. Namun, harga komoditas ini terus merosot, dan pada 1990-an, harga kemenyan turun separuh. Meskipun demikian, pada masa itu, kemenyan menyumbang 30-45% pendapatan rumah tangga masyarakat Sumatera Utara. Uang hasil penjualan kemenyan secara tradisional digunakan untuk membayar biaya sekolah, dan pada masa kejayaannya, hasil kemenyan mampu membiayai pendidikan tinggi bagi beberapa generasi Batak.