keepgray.com – Mantan Wakil Presiden RI ke-10 dan 12, Jusuf Kalla (JK), menilai kebijakan tarif impor yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump merupakan langkah “bunuh diri” yang justru memberikan dampak negatif pada rakyat AS sendiri.
Pernyataan tersebut disampaikan JK dalam sesi kuliah umum di Universitas Paramadina, Jakarta, pada Sabtu (24/5). Menurut JK, Trump membuat keputusan tanpa memahami implikasi ekonominya, didorong oleh emosi akibat defisit ekonomi Amerika Serikat terhadap negara lain, termasuk China.
“Dunia dikasih tarif. Kalau Anda belajar ekonomi, Trump ini membikin keputusan yang dia tidak mengerti,” ujar JK. Ia mencontohkan, jika perusahaan Amerika membeli produk dari China atau Indonesia, seperti pakaian, mobil, atau besi, dan barang tersebut masuk ke AS dengan tarif tinggi, maka biaya tambahan tersebut akan ditanggung oleh rakyat Amerika. “Ini yang bayar siapa? Amerika yang bayar. Dia tidak tahu, hanya emosi,” tambahnya.
Kebijakan tarif impor ini, menurut JK, menjadi pemicu utama perang dagang yang tengah melanda dunia. Ia membandingkan situasi ini dengan perang, di mana semua negara, tidak hanya Amerika Serikat, pada akhirnya menjadi korban.
“Terjadilah krisis ekonomi dunia yang terjadi pada dewasa ini, yang menyulitkan seluruh orang di dunia ini. Amerika susah, China susah, Indonesia susah, dan negara lain susah, karena perang dagang,” tuturnya.
Sejak menjabat, Trump memang diketahui telah menaikkan tarif impor ke sejumlah negara, termasuk China yang sempat dikenakan tarif sebesar 145 persen, meskipun kemudian diturunkan menjadi 80 persen.
Meskipun Indonesia belum mendapatkan angka pasti mengenai tarif impor yang akan diterapkan AS, JK berpandangan bahwa kebijakan ini tidak akan terlalu berdampak signifikan bagi Indonesia. Alasannya, jumlah ekspor Indonesia ke AS relatif kecil, hanya sekitar 10 persen dari total ekspor nasional.
Lebih lanjut, JK menjelaskan bahwa kontribusi ekspor secara keseluruhan hanya sekitar 20 persen dari Produk Domestik Bruto (GDP) Indonesia. Dengan demikian, kontribusi ekspor ke AS terhadap GDP Indonesia diperkirakan hanya sekitar 2 persen. “Ekspor kita hanya 20 persen daripada GDP. Jadi seluruh ekonomi Indonesia berarti ketergantungan kita ke Amerika hanya 2 persen,” paparnya.
JK juga memprediksi bahwa kebijakan tarif Trump tidak akan berlangsung lama. Ia meyakini bahwa kebijakan ini hanyalah gertakan semata untuk menekan negara-negara lain agar menyerah. JK bahkan sempat memberikan nasihat kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, terkait hal ini.
“Tidak [akan berlanjut], ini hanya tekanan saja agar kita menyerah. Jadi waktu (Menko Perekonomian) Airlangga mau ke Amerika Serikat, saya telepon, ‘Hei Airlangga, kau boleh bernegosiasi tapi tidak menyerah, karena ini hanya gertakan’,” ungkap JK.