keepgray.com – Di Filipina, jeepney menjadi moda transportasi umum yang ikonik dengan ciri khas bodi mobil yang panjang menyerupai jip. Angkutan ini memiliki banyak rute, salah satunya adalah rute Ayala-Pateros via J.P. Rizal yang berhenti di depan Greenbelt, Makati City.
Di lokasi tersebut, sejumlah jeepney tampak mengantre menunggu penumpang. Seorang petugas mengatur antrean penumpang untuk memastikan kapasitas jeepney terpenuhi sebelum berangkat.
Jeepney mudah ditemukan di jalanan Ibu Kota Manila, mulai dari Pasig City, Pasay City, hingga City of Manila. Di Pasig City, tepatnya di Jalan Justice Ramon Jabson, jeepney jurusan Pasig-B Bayan terlihat ramai melintas dengan mayoritas terisi penuh oleh penumpang.
Sama seperti angkutan kota (angkot) di Indonesia, jeepney akan berhenti jika ada penumpang yang menunggu di pinggir jalan. Penumpang yang ingin turun cukup meneriakkan kata ‘para’.
Jeepney sangat diminati oleh masyarakat di kota metropolitan Makati City karena tarifnya yang terjangkau. Situs resmi pemerintah Kota Makati City menyebut jeepney sebagai moda transportasi termurah dan paling mudah diakses, serta dikenal dengan julukan ‘Raja Jalanan’ (Hari ng Kalsada). Setiap unit jeepney dapat mengangkut hingga 20 penumpang.
Tarif minimum jeepney untuk masyarakat umum adalah sekitar 13 peso, dengan tarif tambahan untuk setiap kilometer berikutnya. Anak sekolah mendapatkan tarif yang lebih murah.
Bintang Putra (26), seorang WNI yang tinggal di Makati City, menggambarkan pengalamannya naik jeepney mirip dengan naik angkot di Indonesia. “Kalau jeepney itu kalau di Indonesia mirip angkot cuman beda alat transportasinya, karena mereka pakai jeep lama dimodifikasi sama mereka jadi kayak minibus,” ujarnya. Bintang, yang bekerja di KBRI, mengaku sesekali menggunakan jeepney jika ada keperluan.
Menurut Bintang, saat jam sibuk, jeepney bisa sangat padat, bahkan diisi hingga 20-25 orang. Sistem pembayaran ongkosnya pun unik, di mana penumpang yang duduk di belakang akan mengoper uang ke penumpang di sebelahnya hingga sampai ke sopir.
Jeepney memiliki sejarah panjang yang bermula dari sisa-sisa Perang Dunia II. Setelah perang berakhir, banyak Jeep Willy ditinggalkan di Filipina. Masyarakat Filipina kemudian melihat potensi tersebut dan memodifikasi Jeep menjadi angkutan umum dengan menambahkan atap, memperpanjang bodi, dan menambahkan dua baris kursi.
Jeepney pertama kali diproduksi oleh Sarao Motors di Pulang Lupa, Las Pinas, pada tahun 1953 oleh Leonardo Sarao, seorang mantan pengemudi kalesa (delman). Dengan modal awal 700 peso, ia dan saudara-saudaranya mulai membuat jeepney.
Nama ‘jeepney’ sendiri berasal dari kondisi di dalam angkutan ini. “Saat duduk di jeepney, lutut Anda pasti akan menyentuh lutut tetangga Anda, maka dari itu dinamakan ‘jeep-knees’,” demikian penjelasan dari situs pemerintah Las Pinas.