keepgray.com – Pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menyebut bahwa “rudal tidak membedakan antara orang Yahudi dan orang Arab” setelah serangan rudal Iran ke kota Tamra memicu kemarahan warga Palestina di Israel. Mereka menilai pemerintah melakukan kemunafikan karena secara sistematis mengecualikan komunitas Palestina dari infrastruktur perlindungan dasar, sementara menginvestasikan miliaran dolar untuk melindungi warga Yahudi.
Sistem pertahanan Israel, termasuk Iron Dome, dinilai beroperasi dengan logika diskriminatif yang memprioritaskan kehidupan orang Yahudi. Kota-kota Arab di Naqab (Negev) sering diklasifikasikan sebagai “daerah terbuka” di mana Iron Dome diprogram untuk membiarkan rudal jatuh atau meledakkan pencegat di atasnya, sehingga warga sipil terkena pecahan peluru.
Komunitas Yahudi memiliki jaringan tempat perlindungan yang komprehensif, sementara daerah Palestina mengalami kekurangan tempat aman. Beberapa kota bahkan tidak memiliki tempat perlindungan sama sekali, dan di kota lain, satu tempat perlindungan harus melayani ribuan orang.
Pada Oktober 2024, roket Hizbullah menghantam kota Arab Majd al-Krum, menewaskan dua orang dan melukai 27 lainnya. Tidak ada tempat perlindungan di daerah tersebut. Komite Darurat Arab menyatakan bahwa hal ini mencerminkan marginalisasi dan pengabaian yang disengaja terhadap kota-kota Arab akibat penolakan pemerintah untuk mendanai komunitas Arab selama puluhan tahun.
Survei oleh organisasi Palestina di Israel menemukan bahwa 87 persen tempat perlindungan umum di kota-kota Palestina berada di dalam sekolah, yang lebih sulit diakses. Sementara itu, tempat perlindungan di daerah Yahudi berada di dalam tempat parkir dan bangunan khusus di atas tanah.