Inalum Danai Rp71 T untuk Hilirisasi Bauksit

keepgray.com – PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) sedang menjajaki kerja sama dengan Danantara untuk membiayai ekspansi proyek hilirisasi bauksit senilai US$4,4 miliar (sekitar Rp71,8 triliun). Dana tersebut akan digunakan untuk mengembangkan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat, dengan tujuan meningkatkan kapasitas produksi alumina dan aluminium dalam lima tahun mendatang.

Direktur Utama Inalum, Melati Sarnita, menyatakan bahwa diskusi aktif sedang berlangsung dengan Danantara mengenai skema pendanaan yang paling sesuai. Inalum memiliki peringkat kredit yang baik (AA- menurut Pefindo), sehingga perusahaan menginginkan pendanaan yang prudent dan efektif. Skema pendanaan diharapkan melibatkan kombinasi ekuitas, project funding, dan kontribusi dari Danantara.

Melati mengklaim bahwa Danantara telah memasukkan proyek-proyek prioritas Presiden Prabowo Subianto ke dalam daftar rencana pendanaan, termasuk dua proyek dari PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID, yang merupakan holding BUMN tambang, yaitu proyek milik Inalum.

Saat ini, kapasitas produksi alumina di SGAR Fase I mencapai 1 juta ton per tahun. Inalum telah memulai commissioning tahun ini dan berhasil mengirimkan alumina ke smelter di Kuala Tanjung, Sumatra Utara, untuk diproses menjadi aluminium. MIND ID menargetkan final investment decision (FID) untuk SGAR Fase II pada tahun ini, dengan harapan dapat memproduksi 2 juta ton alumina per tahun pada tahun 2028.

Proyek SGAR merupakan joint venture antara Inalum (60% kepemilikan) dan PT Aneka Tambang Tbk (Antam). Ekspansi di Mempawah tidak hanya akan fokus pada alumina, tetapi juga mencakup penambahan fasilitas pengolahan aluminium.

Pada tahun 2024, produksi aluminium Inalum mencapai 274 ribu ton. Perusahaan berupaya meningkatkan kapasitas produksi menjadi 900 ribu ton, sejalan dengan arahan pemerintah untuk mencapai swasembada aluminium. Targetnya adalah memproduksi 600 ribu ton aluminium per tahun di Mempawah.

Melati menegaskan bahwa pengiriman alumina dari Mempawah ke Kuala Tanjung membuktikan bahwa Inalum telah memiliki rantai hilirisasi aluminium yang lengkap di Indonesia, mulai dari bauksit, alumina, hingga smelter aluminium, yang didukung oleh industri hilir dari para pembeli.

Saat ini, rencana ekspansi SGAR Fase II sedang dalam tahap studi kelayakan perbankan, dan Inalum juga tengah melakukan proses seleksi teknologi untuk smelter tersebut.

Menanggapi penerapan tarif 50 persen untuk produk aluminium dan baja oleh Presiden AS Donald Trump, Melati menyatakan bahwa belum ada dampak langsung yang dirasakan karena Amerika Serikat bukan tujuan utama ekspor aluminium Inalum. Namun, perusahaan khawatir terhadap dampak pada sektor hilir, terutama pelanggan yang membuat produk-produk yang digunakan di Amerika Serikat, yang mencapai sekitar 30 ribu ton per tahun. Inalum berharap pemerintah dapat membantu pelaku usaha di industri aluminium untuk mencari pasar pengganti guna memastikan pertumbuhan industri ini di tengah gejolak global.