keepgray.com – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan salah satu penyebab utama singkong impor membanjiri pasar Indonesia adalah praktik sejumlah pelaku industri yang memiliki pabrik di dalam negeri memasukkan singkong dari kebun milik mereka sendiri di luar negeri.
Menurut Amran, praktik ini menekan hasil panen petani lokal. “Jadi gini, biasanya yang punya pabrik, yang kami terima laporan, dia punya perkebunan di luar, ini (hasilnya) kirim masuk. Tentu lebih murah karena dia budidayakan sendiri. Ya, tapi ini tidak boleh. Harus dahulukan petani dalam negeri,” ujar Amran saat ditemui di kediamannya, Jakarta Selatan, Rabu (4/6).
Praktik tersebut menyebabkan harga jual singkong petani dalam negeri tidak kompetitif dan membuat hasil panen sulit terserap industri. Amran mencontohkan situasi ini serupa dengan kasus kelebihan pasokan susu segar yang pernah terjadi. “Ini juga terjadi di susu sapi kemarin. Yang mandi susu masih ingat? Sekarang tidak ribut lagi, kan?” kata Amran.
Amran meminta seluruh pelaku industri sektor pertanian agar lebih mengutamakan pasokan dari petani Indonesia. “Kami minta seluruh industri sektor pertanian dahulukan petani Indonesia. Tidak boleh mendahulukan petani negara lain. Sekali lagi, saya sampaikan. Seluruh industri yang di sektor pertanian, kami memohon, kami meminta, agar mendahulukan kesejahteraan petani Indonesia. Jangan memprioritaskan petani negara lain,” ujarnya.
Untuk mengatasi persoalan ini, Amran mengaku telah menyampaikan isu tersebut kepada Presiden Prabowo Subianto dan mendapat dukungan penuh untuk melakukan pembenahan. “Singkong, kami sudah menghadap Bapak Presiden, kami sampaikan, ‘Pak, kita harus jaga produsen singkong dalam negeri’,” kata Amran.
Amran juga menyatakan telah berkomunikasi dengan sejumlah menteri, termasuk Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Perdagangan Budi Santoso, dan Menko Pangan Zulkifli Hasan. “Kami langsung telepon ke Pak Menko, Pak Airlangga, Pak Mendag, Menko Pangan, ‘Pak, kita harus lindungi petani kita’. Beliau setuju. Nanti apakah tarif atau lartas, terserah,” jelasnya.
Saat ditanya apakah pemerintah akan memberlakukan larangan terbatas (lartas) impor singkong, Amran menjawab mekanismenya masih dalam pembahasan, namun keputusan secara prinsip telah dibuat. “Kalau bukan (lartas impor singkong), saya tidak tahu apakah lartas nanti atau tarif. Terserah,” katanya.
Amran juga menyinggung dinamika kebijakan antara petani dan industri, yang sempat mengalami ketidaksepahaman namun kemudian mencapai titik temu. “Yang kemarin kan kita atur tuh dengan industri dan petaninya. Sudah sepakat. Tapi katanya ada lagi tidak sepakat terakhir. Kemudian sepakat lagi. Oke, kita ikat dengan regulasi,” ujarnya.
Sebelumnya, Mentan Amran telah menyurati Airlangga melalui surat bernomor B-191/PI.200/M/05/2025 tertanggal 14 Mei 2025, meminta agar segera digelar Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) untuk membahas pengendalian impor singkong dan produk turunannya. “Untuk melindungi petani dan menjaga stabilitas harga di tingkat produsen, perlu adanya langkah strategis dalam bentuk pengendalian impor,” tulis Amran dalam keterangan tertulis, Sabtu (17/5).
Kementan mencatat banyak petani mengeluhkan anjloknya harga jual dan tersendatnya distribusi panen ke industri karena tekanan dari produk impor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan nilai impor ubi kayu hingga 609,11 persen pada 2024 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.