IHSG-Rupiah Tangguh Hadapi Tarif Trump, Kok Bisa?

keepgray.com – Pasar keuangan Indonesia menunjukkan stabilitas yang kuat meskipun Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump secara resmi menetapkan tarif sebesar 32 persen terhadap produk ekspor asal Indonesia. Kebijakan ini, yang mulai berlaku pada 1 Agustus 2025, tidak menyebabkan goncangan signifikan terhadap nilai rupiah maupun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

IHSG bahkan mampu menembus level psikologis 7.000, sementara rupiah tetap stabil. Pengamat pasar modal, Hendra Wardana, menilai bahwa kondisi ini berbeda dengan situasi saat awal perang dagang AS-China pada 2018, di mana pasar mengalami gejolak yang tajam.

Hendra menyatakan bahwa pasar saat ini lebih dewasa dan kalkulatif dalam menyikapi kebijakan proteksionisme global. Pelaku pasar tidak lagi bereaksi secara emosional, melainkan mempertimbangkan faktor fundamental dan strategi mitigasi pemerintah.

Situasi ini juga terkendali dibandingkan dengan Maret 2025, ketika rumor perang dagang memicu pelemahan rupiah dan IHSG. Saat itu, kurangnya kejelasan kebijakan dan respons pemerintah yang belum siap menyebabkan reaksi negatif pasar. Namun, dengan komunikasi kebijakan yang lebih terkoordinasi dan mitigasi yang mulai berjalan, pasar keuangan menunjukkan sikap yang lebih tenang.

Hendra menambahkan bahwa kekuatan ekonomi nasional menjadi penopang utama stabilitas ini. Hilirisasi tambang dan perbaikan neraca perdagangan meningkatkan kepercayaan investor.

Strategi jangka panjang seperti relokasi produksi ke negara bebas tarif, kerja sama joint venture dengan mitra AS, serta perluasan pasar ke Timur Tengah dan Afrika juga dinilai menenangkan pasar.

Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, berpendapat bahwa pelaku pasar sudah terbiasa dengan gaya komunikasi Trump yang berubah-ubah. Menurutnya, investor meyakini Trump mungkin akan kembali menunda pemberlakuan tarif.

Lukman menyebutkan bahwa investor merasa Trump tidak akan memberlakukan tarif yang ada sekarang karena akan membebani ekonomi AS dan melemahkan dolar AS. Hingga kini, tidak ada perubahan besar pada portofolio investor, karena pasar menunggu perkembangan lebih lanjut dari pemerintah AS.

Sebelumnya, Trump mengirim surat resmi kepada Presiden Prabowo Subianto berisi pemberitahuan pemberlakuan tarif 32 persen. Pemerintah Indonesia sebelumnya telah melobi dengan menawarkan peningkatan impor dan investasi ke AS senilai US$34 miliar, namun Trump tetap melanjutkan kebijakan tarif terhadap Indonesia dan sejumlah negara lain.