keepgray.com – Ibadah haji dan umrah memiliki serangkaian amalan rukun, wajib, dan sunah, salah satunya adalah sa’i. Syeikh Fikri Thoriq, pembimbing haji Aida Tourindo Wisata, menjelaskan bahwa sa’i merupakan napak tilas perjalanan Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim AS, dalam mencari air untuk putranya, Ismail, dengan berjalan kaki tujuh kali dari bukit Shafa ke Marwah.
Syeikh Fikri menjelaskan, setelah tujuh kali berjalan, Siti Hajar mendengar suara air dari tumit Nabi Ismail atau dari ketukan kaki Malaikat Jibril atas perintah Allah SWT, yang kemudian menjadi air zamzam. Lebih lanjut, Syeikh Fikri menyatakan bahwa Siti Hajar tidak hanya mencari air, tetapi juga mencari karunia Allah SWT.
Terdapat tiga hikmah yang dapat diambil dari sa’i. Pertama, sebagai orang beriman, kita harus yakin bahwa setiap usaha tidak akan sia-sia. Usaha yang disertai dengan zikir dan doa akan membuahkan hasil yang luar biasa, tergantung pada keyakinan dan usaha yang dilakukan.
Hikmah kedua, umat Islam yang telah melaksanakan sa’i seharusnya tidak mudah mengeluh, melainkan menjadi mukmin yang kuat. Syeikh Fikri menekankan bahwa umat Islam harus berkaca pada pengalaman Siti Hajar yang hidup dalam kondisi prihatin di Makkah, tanpa tanaman atau air. Namun, sebagai seorang mukmin, Siti Hajar tetap yakin bahwa tugasnya adalah berzikir, berdoa, dan berusaha, sementara rezeki akan diciptakan oleh Allah.
Hikmah ketiga adalah tentang perhatian orang tua, terutama ibu, kepada anak. Allah SWT ingin menunjukkan bahwa seorang ibu akan melakukan apapun untuk melindungi anaknya. Oleh karena itu, setiap anak harus bersyukur dengan menghargai jasa orang tua, terutama ibu. Selain itu, setiap orang tua yang mencari rezeki untuk anaknya akan dimudahkan oleh Allah SWT.
Dengan demikian, setelah menjalani sa’i, umat Islam diharapkan tidak lagi menjadi hamba yang pesimistis, melainkan menjadi lebih optimistis dan yakin bahwa dengan terus berusaha dan berzikir, peluang kebaikan dari Allah SWT pasti akan datang.