keepgray.com – Harga minyak dunia mengalami kenaikan lebih dari satu dolar AS per barel pada hari Senin (2/6), setelah OPEC+ (Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya) memutuskan untuk melanjutkan peningkatan produksi di bulan Juli dengan jumlah yang sama seperti dua bulan sebelumnya, sesuai dengan perkiraan pasar.
Harga berjangka Brent naik US$1,19 atau 1,9 persen menjadi US$63,97 per barel, setelah sebelumnya turun 0,9 persen pada sesi perdagangan Jumat. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik US$1,30 atau 2,14 persen menjadi US$62,09 per barel, setelah sebelumnya melemah 0,3 persen.
OPEC+ memutuskan untuk menaikkan produksi sebesar 411 ribu barel per hari pada bulan Juli, melanjutkan tren kenaikan yang sama selama tiga bulan berturut-turut. Langkah ini dipandang sebagai upaya untuk mempertahankan pangsa pasar dan memberikan tekanan pada negara-negara anggota yang memproduksi melebihi kuota yang ditetapkan.
Analis menilai bahwa kenaikan harga ini disebabkan oleh tidak adanya kejutan dalam kebijakan produksi OPEC+. Harry Tchilinguirian dari Onyx Capital Group menyatakan bahwa jika OPEC+ memutuskan kenaikan yang lebih besar secara tiba-tiba, harga minyak pada pembukaan Senin bisa saja mengalami penurunan tajam.
Kekhawatiran mengenai pasokan juga turut memengaruhi harga, terutama karena stok bahan bakar di AS yang rendah dan prediksi musim badai yang lebih aktif dari biasanya. Analis ANZ mencatat peningkatan signifikan dalam permintaan bensin di AS menjelang musim mengemudi, dengan kenaikan hampir satu juta barel per hari, yang merupakan kenaikan tertinggi ketiga dalam tiga tahun terakhir.
Di sisi lain, jumlah rig minyak yang beroperasi di AS mengalami penurunan selama lima minggu berturut-turut. Laporan mingguan dari Baker Hughes menunjukkan bahwa jumlah rig aktif turun empat menjadi 461, yang merupakan angka terendah sejak November 2021. Produksi minyak mentah AS sendiri sempat mencapai rekor tertinggi 13,49 juta barel per hari pada bulan Maret lalu.