keepgray.com – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berupaya mencari solusi setelah harga minyak dunia melonjak akibat serangan Israel ke Iran.
Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, belum memberikan tanggapan terkait potensi peningkatan impor minyak Indonesia. Namun, ia menjelaskan upaya pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada impor minyak.
“Kita mengusahakan ada peningkatan produksi migas dalam negeri, terutama untuk crude,” ujar Yuliot di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (13/6).
Yuliot menjelaskan bahwa produksi minyak Indonesia sebelumnya berkisar antara 560-570 ribu barel per hari, dan kini telah meningkat menjadi 610 ribu barel per hari.
Pemerintah juga terus mendorong ketahanan energi melalui pengembangan energi baru terbarukan (EBT), seperti pengembangan biodiesel B50 dan komersialisasi energi panas bumi.
“Jadi ini kan ketahanan energi kita meningkat. Ya kemudian ketergantungan pembangkit listrik terhadap BBM, diesel, di beberapa daerah itu justru kita percepat pembangunan untuk geothermal,” katanya.
Sebelumnya, harga minyak dunia mengalami kenaikan signifikan setelah Israel menyerang Iran pada Jumat (13/6). Harga minyak melonjak hingga 7 persen, mencapai level tertinggi sejak 2 April.
Harga minyak mentah berjangka Brent naik US$5,29 atau 7,63 persen menjadi US$74,65 per barel pada Jumat pukul 01.42 GMT. Brent sempat mencapai titik tertinggi intraday di US$75,32. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik $5,38, atau 7,91 persen menjadi $73,42 per barel setelah mencapai titik tertinggi di US$74,35. Ini merupakan harga tertinggi sejak 3 Februari.