keepgray.com – Impian berhaji yang seringkali membutuhkan kesabaran ekstra panjang bagi umat Islam di Indonesia, ternyata bisa diwujudkan dengan cara yang lebih cepat dan nyaman bagi sebagian orang. Mohamad Susilo, seorang wartawan freelance dan pemandu wisata yang tinggal di London sejak tahun 2000, menjadi salah satu contohnya.
Susilo dan istrinya menunaikan ibadah haji dari Inggris pada tahun 2023 dengan proses yang relatif singkat dan mandiri. “Dari mendaftar sampai berangkat hanya lima bulan,” ungkap Susilo kepada detikHikmah, Selasa (3/5/2025).
Pendaftaran dilakukan melalui Nusuk, platform resmi pemerintah Arab Saudi untuk pendaftaran haji online bagi warga Muslim di luar negeri. Susilo memilih sendiri paket haji yang tersedia dan melakukan pembayaran secara mandiri.
Berbeda dengan sistem di Indonesia yang dikelola oleh Kementerian Agama, warga Muslim di Inggris harus mengurus semua keperluan haji secara pribadi. “Pemerintah tidak ikut campur. Semua tanggung jawab personal,” jelas Susilo.
Paket-paket yang ditawarkan bervariasi, mulai dari £6.000 (sekitar Rp 132 juta) hingga £20.000 (sekitar Rp 440 juta), tergantung fasilitas yang dipilih. Susilo memilih paket 20 hari dengan rute Jeddah-Makkah-Madinah. Setelah pembayaran, jemaah diarahkan ke operator lokal yang ditunjuk pemerintah Saudi untuk mengatur tiket pesawat, hotel, akomodasi di Mina, dan transportasi.
Salah satu keuntungan utama berhaji dari Inggris adalah tidak adanya masa tunggu. “Kuotanya cukup dan peminatnya sekitar 4.000-5.000 orang per tahun. Jadi siapa pun yang memenuhi syarat bisa langsung berangkat,” kata Susilo. Kemudahan ini juga dimanfaatkan oleh banyak pelajar Indonesia, terutama mahasiswa S3 di Inggris.
Meski tanpa campur tangan Kementerian Agama, jemaah haji dari Inggris tetap mendapatkan pendampingan. Setiap kelompok kecil berisi 15-20 orang didampingi oleh seorang tour guide profesional yang menjadi contact person selama ibadah haji. “Dia yang memastikan seluruh kebutuhan dan rukun haji kita terpenuhi. Kalau ada masalah, kita tinggal hubungi dia,” imbuhnya.
Semua kebutuhan telah dijadwalkan dan difasilitasi, mulai dari transportasi antar kota, kunjungan ke tempat-tempat bersejarah, hingga kenyamanan di Mina. Susilo mengungkapkan pengalamannya di Mina sangat berbeda dari bayangan banyak orang.
“Kami tidak empet-empetan. Dapat kasur lipat, full AC, makanan prasmanan, es krim, minuman dingin, toilet bersih 24 jam. Tidak pernah antre,” kenangnya. Kenyamanan ini membuatnya merasa sangat bersyukur bisa berhaji dari Eropa.
Meski seluruh proses dilakukan mandiri, Susilo merasa pengalamannya ini memperkuat kesiapan mental dan spiritualnya. Tanpa panduan dari negara asal, ia harus aktif mencari informasi dan memastikan semua rukun ibadahnya sah dan sempurna. “Haji ini betul-betul tanggung jawab pribadi. Tapi justru itu yang membuat kami lebih siap dan terhubung langsung dengan prosesnya,” pungkasnya.