keepgray.com – Kepala Biro Sumber Daya Manusia (Karo SDM) Polda Jawa Barat (Jabar) Kombes Fadly Samad meraih predikat Cumlaude dengan IPK sempurna 4.00 dalam Sidang Promosi Doktor di Aula Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Fadly menjelaskan disertasinya yang berjudul ‘Collaborative Innovation Management dalam Rekrutmen Proaktif Calon Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia’.
Disertasi tersebut disusun sebagai syarat penyelesaian Studi S3 pada Program Doktor Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unhas. Sidang dipimpin langsung oleh Dekan FISIP Unhas, Prof. Dr. Syukri Tamma, dengan tim penguji yang terdiri dari Dr. Andi Zulkifly, S.STP., M.Si (penguji eksternal), Prof. Dr. Phill. Sukri, S.IP, M.Si (penguji satu), Prof. Dr. H. Muhammad Yunus, M.A (penguji dua), dan Prof. Dr. Badu Ahmad, M.Si (penguji tiga).
Fadly membahas empat topik utama dalam disertasinya: dinamika Meta Governance dalam program rekrutmen proaktif calon anggota Kepolisian Republik Indonesia; faktor penghambat dan pendukung dalam program rekrutmen; kolaborasi lintas sektoral dalam program rekrutmen; dan Collaborative Innovation dalam program rekrutmen calon anggota Kepolisian Republik Indonesia.
Dalam kesimpulannya, Fadly menyampaikan empat poin penting. Pertama, kondisi awal dan meta-governance pada inovasi kolaboratif menunjukkan adanya kerjasama yang telah terjalin antara Polda dengan berbagai stakeholders, yang didasarkan pada pengalaman sebelumnya dan pelibatan mereka mendapatkan insentif. Meta governance terlihat melalui koordinasi antar stakeholders yang berfokus pada penyeragaman persepsi dan pemahaman tentang aturan yang berlaku. Namun, kerjasama tersebut hanya meneruskan dari tahun sebelumnya dan belum dapat mengakomodir kebutuhan masyarakat di mana rekrutmen akan dilaksanakan.
Kedua, mengenai faktor pendorong serta penghambat inovasi kolaboratif dalam program rekrutmen Polri, Fadly menyampaikan bahwa proses kolaborasi yang kompleks antara stakeholders internal dan eksternal bersifat rigid dan kaku. Namun, pelaksanaan rekrutmen proaktif sudah dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku, dengan kerjasama yang baik antara pihak internal dan eksternal, serta penggunaan teknologi dalam proses rekrutmen. Faktor penghambat meliputi keterbatasan jumlah SDM, sarana dan prasarana, anggaran, koordinasi, serta tantangan sosial dan kultural yang dihadapi di wilayah-wilayah tertentu.
Ketiga, hasil evaluasi pada inovasi kolaboratif dalam rekrutmen proaktif calon anggota Polri menunjukkan berbagai output inovasi yang berkaitan dengan budaya lokal dan teknologi. Evaluasi pada kolaborasi lintas sektoral dilakukan secara informal tanpa melibatkan berbagai stakeholders dalam proses evaluasi. Selain itu, masing-masing stakeholders masih berpedoman pada aturan masing-masing propinsi (parsial), yang berdampak pada hasil rekrutmen yang belum berdasarkan kebutuhan dari masing-masing daerah.
Keempat, Fadly menjelaskan model inovasi kolaboratif yang adaptif (adaptive collaborative innovation model) yang berbasis kearifan lokal direkomendasikan dalam rangka mencapai efektivitas program rekrutmen proaktif anggota Polri. Model ini menekankan pentingnya seluruh stakeholders untuk mampu beradaptasi dalam memastikan kondisi awal, meta governance, proses, faktor pendorong dan penghambat, output inovasi dan evaluasi berjalan dengan efektif pada Program Rekrutmen Proaktif Calon Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Disertasi ini mengantarkan Kombes Fadly Samad meraih predikat cumlaude.