keepgray.com – Dilip Shanghvi, pendiri Sun Pharmaceuticals, sebuah raksasa farmasi di India dan salah satu produsen obat generik terkemuka di dunia, kini dikenal sebagai orang terkaya di jagat bisnis kesehatan. Kekayaan Shanghvi diperkirakan Forbes mencapai US$26,4 miliar atau setara Rp428 triliun per 25 Mei 2025, yang sebagian besar berasal dari kepemilikan 54 persen sahamnya di Sun Pharma.
Sun Pharmaceuticals memiliki lebih dari 40 pabrik dan produknya menjangkau lebih dari 100 negara. Selain itu, Shanghvi juga tercatat sebagai pemegang 66 persen saham di Sun Pharma Advanced Research, anak usaha Sun Pharma yang fokus pada riset dan pengembangan obat-obatan. Ia juga memiliki saham di BioLight Life Sciences. Di luar sektor farmasi, sejak 2015 Shanghvi turut menjajaki bisnis energi dengan kepemilikan 4 persen saham di Suzlon Energy, sebuah produsen turbin angin.
Lahir pada 1 Oktober 1955 di Gujarat, India, Shanghvi kecil sering membantu ayahnya yang berprofesi sebagai distributor obat grosiran di sebuah toko kecil di pasar Dawa Bazar, Kalkuta. Pengalaman ini menumbuhkan rasa penasaran Shanghvi tentang bagaimana obat-obatan dibuat.
Setelah meraih gelar Sarjana Perdagangan dari Universitas Kalkuta pada tahun 1982, Shanghvi langsung merancang pembangunan bisnisnya sendiri. Dengan visi untuk menyediakan obat-obatan berkualitas tinggi namun terjangkau, ia meminjam modal US$200 atau sekitar Rp3,2 juta dari ayahnya untuk memulai Sun Pharmaceutical Industries pada tahun 1983. Bisnis ini dirintis bersama Pradeep Ghosh, yang hingga kini masih menjadi bagian dari Sun Pharma.
Di awal pendiriannya, Sun Pharma hanya menjual satu jenis obat, yaitu Lithosun, yang digunakan untuk mengobati penyakit bipolar, diikuti oleh beberapa obat psikiatris lainnya. Memasuki tahun 1990-an, Sun Pharma mulai membangun pabrik dan menambahkan lini produk obat kardiologi (jantung) serta gastroenterologi (pencernaan). Pada tahun 1993, Shanghvi mendirikan Pharma Advanced Research Center untuk mempercepat pengembangan obat generik, dan setahun kemudian, Sun Pharma resmi melantai di bursa efek India.
Setelah go public, Sun Pharma melakukan ekspansi signifikan ke industri obat generik. Akuisisi pertama yang penting adalah Caraco Pharmaceuticals, perusahaan farmasi asal Amerika Serikat, pada tahun 1997. Akuisisi ini tidak hanya memberikan Sun Pharma akses ke pasar obat generik global, tetapi juga memudahkan urusan perizinan dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) karena Caraco telah memiliki pengalaman di sana.
Strategi akuisisi Shanghvi yang terkenal adalah membeli perusahaan dengan kinerja buruk, lalu menggabungkan operasi perusahaan tersebut dengan Sun Pharma untuk meningkatkan efisiensi. Akuisisi terbesar terjadi pada tahun 2014, ketika Sun Pharma membeli pesaingnya di India, Ranbaxy Laboratories, senilai US$3,2 miliar. Pembelian ini secara drastis mendongkrak nilai saham Sun Pharma dan menjadikan Shanghvi sebagai taipan farmasi terkaya di dunia. Pada tahun 2015, Shanghvi bahkan sempat merebut posisi orang terkaya di India dari konglomerat Mukesh Ambani.
Perjalanan bisnis Shanghvi tidak lepas dari tantangan. Pada tahun 2011, ia sempat gagal mengakuisisi Taro Pharmaceutical asal Israel, meskipun akhirnya Sun Pharma berhasil mengakuisisi 61 persen saham Taro setelah negosiasi panjang. Pada Mei 2012, Shanghvi menyerahkan jabatannya sebagai direktur utama Sun Pharma kepada Israel Makov, mantan kepala eksekutif Teva Pharmaceuticals, namun ia tetap menjabat sebagai direktur pelaksana hingga saat ini.
Sun Pharma juga menghadapi badai antara tahun 2014 hingga 2018. Pada tahun 2015, saham perusahaan anjlok hampir 40 persen setelah FDA menemukan kekurangan produksi di salah satu pabrik terbesar Sun, berujung pada surat peringatan kontrol kualitas dan penarikan produk dari pasar AS. Teguran FDA ini berdampak besar pada operasional dan reputasi perusahaan. Selanjutnya, pada tahun 2018, dampak dari pembelian Ranbaxy serta ekspansi jenis obat berdampak pada kinerja keuangan, dengan pertumbuhan perusahaan terganggu oleh masalah regulasi dan perang harga. Peningkatan pengeluaran akibat investasi ke segmen obat-obatan baru menggerus laba perusahaan hingga 70 persen pada tahun tersebut.
Meski terpuruk, Sun Pharma tidak ambruk. Shanghvi tetap melancarkan strategi akuisisi strategis untuk membesarkan perusahaannya. Secara keseluruhan, Sun Pharma telah mengakuisisi lebih dari selusin perusahaan farmasi sejak tahun 1997. “Kisah kami adalah tentang pertumbuhan bertahap. Kami tidak mencari lompatan besar, kami lebih suka lompatan kecil,” ujar Dilip Shanghvi dalam sebuah kutipan yang terkenal.
Saat ini, Sun Pharma telah menjelma menjadi perusahaan farmasi terdaftar paling berharga dan terbesar di India. Menariknya, dari pendapatan tahunan Sun Pharma yang diperkirakan mencapai US$5,8 miliar atau sekitar Rp94 triliun, 65 persen di antaranya disumbangkan oleh pasar luar negeri.