keepgray.com – Iran mengancam akan menutup Selat Hormuz jika terjadi perang dengan Israel. Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran disebut-sebut akan mengambil keputusan final terkait penutupan selat tersebut setelah adanya serangan bom AS ke negara itu. Keputusan ini muncul setelah parlemen Iran dilaporkan mendukung penutupan Selat Hormuz.
Mengutip Reuters, keputusan untuk menutup selat tersebut belum final dan belum ada laporan resmi bahwa parlemen telah mengadopsi rancangan undang-undang terkait hal tersebut.
Namun, salah satu anggota komisi keamanan nasional parlemen, Esmail Kosari, menyatakan bahwa parlemen telah sampai pada kesimpulan bahwa Selat Hormuz harus ditutup, tetapi keputusan akhir berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi. Kosari menambahkan bahwa penutupan selat tersebut ada dalam agenda dan akan dilakukan jika diperlukan.
Selat Hormuz merupakan jalur penting perdagangan dunia di Teluk Persia. Penutupan selat ini dapat berdampak besar karena menjadi salah satu jalur utama lalu lintas rantai pasok minyak bumi dan gas alam. Selat ini terletak di antara Oman dan Iran, menghubungkan sejumlah negara seperti Arab Saudi, Irak, Kuwait, Bahrain, Qatar, dan Uni Emirat Arab. Pemerintah Iran menyebutkan bahwa selat ini dilalui oleh kapal-kapal yang mengangkut lebih dari 17 juta barel minyak per hari.
Menurut U.S. Energy Information Administration (EIA), aliran minyak melalui Selat Hormuz pada tahun 2024 mencapai rata-rata 20 juta barel per hari, setara dengan sekitar 20 persen dari konsumsi cairan minyak bumi global. Pada kuartal pertama 2025, aliran minyak melalui Selat Hormuz relatif stabil dibandingkan tahun 2024. Aliran minyak melalui Selat Hormuz pada 2024 dan kuartal pertama 2025 menyumbang lebih dari seperempat total perdagangan minyak global melalui laut dan sekitar seperlima dari konsumsi global minyak dan produk minyak bumi.
Selain itu, sekitar seperlima dari perdagangan gas alam cair (LNG) global juga melewati Selat Hormuz pada 2024, terutama berasal dari Qatar. Setiap bulan, ada sekitar 3.000 lebih kapal pengangkut LNG yang melewati selat tersebut.
EIA memperkirakan bahwa 84 persen minyak mentah dan kondensat serta 83 persen LNG yang melewati Selat Hormuz pada 2024 dikirim ke Asia, dengan tujuan utama China, India, Jepang, dan Korea Selatan. Keempat negara ini secara gabungan menerima 69 persen dari total aliran minyak mentah dan kondensat yang melewati Hormuz pada 2024.
Jika Selat Hormuz ditutup oleh Iran, aliran 20 persen minyak global akan terganggu, menyebabkan penurunan pasokan minyak dan berpotensi mengakibatkan lonjakan harga minyak. Goldman Sachs memprediksi harga minyak mentah Brent dapat melesat ke US$110 per barel jika aliran minyak melalui jalur itu ditutup setengahnya saja dalam sebulan.