keepgray.com – Penasihat Danantara, Ray Dalio, dalam buku barunya yang berjudul “How Countries Go Broke: The Big Cycle”, menyinggung praktik fasisme yang dilakukan oleh Adolf Hitler di Jerman dan Benito Mussolini di Italia. Dalio juga menilai bahwa tindakan Presiden AS Donald Trump belakangan ini memiliki kemiripan dengan gerakan kelompok sayap yang diasosiasikan sebagai fasisme.
“Ketika saya mengatakan bahwa kebijakan Presiden Trump untuk ‘make America great again (MAGA)’ sangat mirip dengan yang digunakan negara-negara berhaluan kanan garis keras pada 1930-an,” jelas Dalio dalam bukunya, seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu (31/5).
Hitler dan Mussolini dikenal sebagai diktator selama memimpin Jerman dan Italia. Kedua negara itu juga mengalami masalah utang yang berkepanjangan setelah Perang Dunia I.
Dalio menyebut bahwa tindakan Trump seharusnya tidak menjadi kontroversi karena aksi serupa juga pernah dilakukan oleh pendahulu Trump, yaitu Presiden Andrew Jackson dari sayap kanan dan Presiden Franklin D Roosevelt dari kelompok kiri. Namun, Dalio mengakui bahwa kebijakan-kebijakan Trump jauh lebih agresif dibandingkan Jackson maupun Roosevelt.
“Kita lihat saja sejauh mana ia (Presiden Donald Trump) akan melakukannya,” kata Dalio.
Dalio juga menganalisis bahwa Trump lebih memilih untuk mendikte daripada menggunakan pendekatan klasik ‘kerja sama lintas partai’ dalam memerintah. Menurutnya, pendekatan konfrontatif ini merupakan perpanjangan dari konflik politik internal yang hebat dalam beberapa dekade terakhir.
Dalio mencatat bahwa para pemimpin agresif di masa konflik biasanya berniat untuk melenyapkan oposisi. Mereka juga membuat perubahan dalam hukum untuk mengambil alih kekuasaan serta menguasai media demi memproduksi propaganda pro-pemerintah.
Pendiri perusahaan investasi Bridgewater Associates itu juga mempertanyakan apakah sosok Trump merupakan cerminan demagog, yaitu pemimpin yang pandai menghasut dan membangkitkan semangat rakyat untuk memperoleh kekuasaan.
“Pertanyaannya adalah apa saja kontrolnya dan sejauh mana Trump bakal memaksakan sesuatu? Tidak seperti CEO, presiden AS tidak punya dewan direksi,” tandas Dalio.
Buku Dalio ini menjadi sorotan tersendiri di tengah isu pengunduran dirinya dari posisi Dewan Penasihat Badan Pengelola Investasi Daya Anagatara Nusantara (Danantara). Namun, CEO Danantara, Rosan Roeslani, membantah kabar tersebut dan menyatakan bahwa pertemuannya dengan tim Dalio beberapa minggu lalu berjalan lancar.