keepgray.com – Miliarder Amerika Serikat, Ray Dalio, kembali menjadi perhatian publik setelah menerbitkan buku terbarunya yang membahas masalah utang negara.
Dalam unggahannya di platform X, Dalio mengumumkan peluncuran buku berjudul “How Countries Go Broke: The Big Cycle”. Buku ini menganalisis bagaimana negara-negara mengalami kebangkrutan melalui siklus utang besar dan faktor-faktor struktural lainnya.
“Masalah utang pemerintah kita mungkin merupakan masalah terbesar kita. Saya menulis How Countries Go Broke: The Big Cycle untuk menyampaikan mekanisme dan indikatornya, untuk memperjelas apa yang dapat dilakukan untuk mencegahnya, dan untuk memberi tahu orang-orang apa yang harus mereka lakukan untuk melindungi diri mereka darinya,” tulis Dalio dalam unggahannya pada 15 Mei lalu.
Dalam buku tersebut, seperti dilansir The Guardian, pendiri perusahaan investasi Bridgewater Associates ini mengkritik pemerintahan Presiden Donald Trump yang dinilai membawa Amerika Serikat menjadi negara yang mirip dengan negara-negara berhaluan kanan garis keras pada era 1930-an.
“Wajar untuk berpendapat bahwa upayanya memaksimalkan kekuasaan presiden dengan mengabaikan cabang-cabang pemerintahan lainnya mirip dengan cara yang dilakukan Andrew Jackson (dari kubu kanan) dan Franklin D Roosevelt (dari kubu kiri), meskipun ia bahkan lebih agresif daripada keduanya. Kita lihat saja sejauh mana ia akan melakukannya,” tulis Dalio.
Dalio juga menyoroti bahwa dalam situasi konflik, pemimpin yang agresif cenderung meredam oposisi dengan mengubah hukum untuk merebut kekuasaan khusus dan mengendalikan media untuk menyebarkan propaganda pro-pemerintah. Lebih lanjut, jika konflik meningkat, mereka akan memberlakukan undang-undang dan hukuman yang menargetkan pihak oposisi.
“Apakah Donald Trump adalah demagog?” tanya Dalio dalam bukunya. Ia mendefinisikan demagog sebagai pemimpin politik yang meraih kekuasaan dengan memanfaatkan emosi, ketakutan, prasangka, dan keinginan publik.
Publikasi buku Dalio ini muncul di tengah isu pengunduran dirinya dari posisi Dewan Penasihat Badan Pengelola Investasi Daya Anagatara Nusantara (Danantara). Namun, Chief Executive Officer (CEO) Danantara, Rosan Roeslani, telah membantah kabar tersebut.
“Kemarin saya baru minggu lalu ketemu timnya, anaknya juga, Mark Dalio. Kita pembicaraan berjalan lancar. Kemarin baru ketemu sama timnya, baru Zoom juga. Nggak, nggak, nggak ada itu (Ray Dalio batal jadi Dewan Penasihat),” ujar Rosan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, pada Rabu (28/5).