keepgray.com – Anggota Komisi VIII DPR RI, Dini Rahmania, menyoroti keterlambatan bus yang menyebabkan jemaah haji berjalan kaki dari Muzdalifah ke Mina sejauh 4 kilometer. Menurut Dini, peristiwa ini terjadi karena keterlambatan bus yang seharusnya mengangkut jemaah.
Dini menyatakan, “Keterlambatan armada bus dari Muzdalifah ke Mina yang memaksa jemaah berjalan kaki dalam kondisi lelah dan padat adalah bentuk kegagalan dalam perencanaan operasional,” pada Selasa (10/6/2025).
Dini menekankan bahwa masalah ini seharusnya dapat ditangani dengan baik, mengingat stamina jemaah yang terkuras selama melaksanakan rukun ibadah haji. Ketidaktersediaan transportasi tepat waktu dianggap sebagai kesalahan fatal.
“Padahal ini adalah rukun haji yang sangat vital, dan risiko keselamatan sangat besar jika transportasi tidak tersedia dengan tepat waktu,” tambahnya.
Selain masalah transportasi, Dini juga melaporkan kurangnya koordinasi dalam penempatan jemaah di tenda Arafah, menyoroti manajemen pengangkutan jemaah dari hotel ke Arafah. “Kondisi semrawut tidak hanya terjadi karena pemisahan hotel antarkloter, namun juga karena buruknya manajemen pengangkutan jemaah dari hotel ke Arafah. Bahkan kami menerima laporan adanya pengusiran jemaah dari tenda Arafah karena permasalahan penempatan dan koordinasi antarsyarikah,” jelasnya.
Dini menekankan perlunya mitigasi dan kontrol yang lebih baik dari otoritas penyelenggara, baik dari Arab Saudi maupun Kementerian Agama RI. Ia khawatir jemaah tidak dilayani dengan empati dan profesionalisme. “Hal ini menunjukkan lemahnya kontrol dan mitigasi yang seharusnya dilakukan lebih awal oleh otoritas penyelenggara,” ujarnya.
Selain itu, Dini menyoroti standar catering bagi jemaah selama pelaksanaan haji dan mempertanyakan ketidakadilan yang menyebabkan sebagian jemaah hanya mendapatkan mie instan. “Soal kualitas dan ketidaksesuaian makanan yang diterima jemaah patut menjadi perhatian serius. Bagaimana mungkin ada jemaah yang mendapat makanan siap saji standar catering, sementara yang lain hanya menerima pop mie instan?” tanyanya.
Dini meminta Kemenag untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan ibadah haji 2025, serta mewanti-wanti pengawasan yang lebih ketat terhadap sistem syarikah yang baru. “Kami di Komisi VIII DPR RI terus mendorong adanya evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan haji tahun ini, termasuk perluasan pengawasan terhadap syarikah-syarikah yang bekerja sama dengan Indonesia,” tegasnya.
Sebelumnya, jemaah haji dari berbagai negara, termasuk Indonesia, dilaporkan berjalan kaki dari Muzdalifah ke Mina yang berjarak sekitar 4 km. Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama (Kemenag), Hilman Latief, menjelaskan bahwa hal ini disebabkan oleh kepadatan lalu lintas.
“Pada saat itu di malam hari sampai Subuh proses pergerakan jemaah sangat bergantung sekali dengan kondisi lalu lintas yang sangat padat baik karena jumlah armada bus yang ribuan jumlahnya antre menuju Mina juga tidak sedikit jemaah yang melakukan jalan kaki di lokasi Mina sehingga pergerakan menjadi lebih lambat,” ujar Hilman di Makkah, Sabtu (7/6/2025).
Sebagai informasi, jemaah haji Indonesia menjalani mabit di Muzdalifah sejak Kamis (5/6), dimulai setelah salat magrib. Namun, sebagian jemaah, terutama lansia dan disabilitas, mengikuti skema murur dan telah lebih dulu tiba di Mina. Proses penjemputan jemaah yang mabit di Muzdalifah dengan bus dimulai sejak pukul 22.30 waktu Arab Saudi dan berlanjut hingga pagi hari.
Namun, perjalanan bus tersendat pada Jumat (6/6) pagi, menyebabkan antrean panjang menuju Mina. Akibatnya, pihak syarikah dan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) berupaya mengangkut jemaah lansia dengan bus melalui jalur lain, sementara jemaah yang lebih fit memutuskan untuk berjalan kaki ke Mina. Petugas haji mendampingi jemaah yang berjalan kaki dan mengarahkan mereka agar tidak tersesat.
Hilman menambahkan bahwa padatnya lalu lintas saat puncak haji menyebabkan bus lebih lama tiba untuk menjemput jemaah, meskipun petugas telah berupaya meminta jemaah untuk tetap menunggu bus.