keepgray.com – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerja sama dengan Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon (UINSSC) menggelar bedah buku seri ‘Tercerahkan dalam Kedamaian’ di UINSSC pada Senin (16/5).
Direktur Penegakan Hukum BNPT, Brigjen Pol Sigit Widodo, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan langkah penting dalam memperkuat kolaborasi antara BNPT dan akademisi dalam upaya kontra radikalisasi. Langkah ini dilatarbelakangi oleh temuan buku bermuatan ekstrem yang disita dari pelaku terorisme oleh Densus 88. Buku-buku tersebut menjadi bukti bahwa proses radikalisasi masih terjadi melalui literatur yang membentuk ideologi kekerasan.
“Fakta empiris menunjukkan bahwa proses penegakan hukum tindak pidana terorisme selalu diawali dengan radikalisasi. Buku-buku radikal ini ditemukan dalam jumlah besar di lokasi penangkapan, menunjukkan betapa kuatnya peran literatur dalam membentuk ideologi kekerasan,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (16/6/2025).
Sebagai langkah kontra radikalisasi, BNPT bersama akademisi, peneliti, birokrat, dan mantan narapidana terorisme telah mengkaji 15 buku yang berpengaruh di kalangan kelompok teroris. Hasilnya, lahirlah dua buku reflektif dan edukatif berjudul: Tercerahkan dalam Kedamaian: Secercah Kisah Mantan dan Tercerahkan dalam Kedamaian: Menggali Akar Radikal Terorisme di Indonesia.
“Jika buku bisa digunakan untuk menyebarkan kebencian dan kekerasan, maka buku pula yang harus digunakan untuk menyebarkan kedamaian dan pencerahan,” imbuhnya.
Sigit Widodo berharap, melalui kegiatan bedah buku ini, mahasiswa dan dosen UINSSC dapat menjadi bagian dari upaya bersama melawan dan mencegah masuknya paham radikal terorisme di Indonesia. “Mari kita bangun kolaborasi yang tercerahkan dalam keikhlasan. Kita ingin Indonesia maju, damai, dan terbebas dari ideologi kekerasan,” katanya.
Rektor UINSSC, Aan Jaelani, mendukung kegiatan ini sebagai sinergi upaya pencegahan paham radikal terorisme. “Kami sangat menyambut gembira kegiatan ini dan tentunya punya irisan dari peran utama kami yaitu dengan melakukan pendidikan dan pembelajaran disamping penelitian dan juga pengabdian kepada masyarakat. Tugas akademisi salah satunya publikasi ilmiah dan jalur yang paling cepat untuk mendoktrin orang itu melalui buku. Dan disinilah pentingnya kita mengkaji buku,” tuturnya.
Aan Jaelani berharap mahasiswa dapat memahami nilai-nilai lokal yang khas dengan sejarah Cirebon, yaitu nilai-nilai spiritualisme dan multikulturalisme. “Nilai-nilai spiritual dan multikulturalisme sangat erat dengan Cirebon. Nilai-nilai tersebut dapat dikaji kemudian ditarik ke masa kini untuk memitigasi radikal terorisme,” pungkasnya.