keepgray.com – Amerika Serikat terlibat dalam ketegangan antara Israel dan Iran setelah menghancurkan tiga fasilitas nuklir Iran di Fordo, Natanz, dan Esfahan. Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa serangan presisi besar-besaran ini bertujuan untuk menghancurkan pengembangan nuklir Iran.
Trump menyampaikan ucapan terima kasih kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu atas kerja sama tim yang erat dalam upaya menghapus ancaman terhadap Israel.
Netanyahu memuji serangan tersebut sebagai keputusan berani yang akan mengubah sejarah. Ia menyatakan bahwa Amerika Serikat telah melakukan tindakan yang tidak bisa dilakukan oleh negara lain.
Menanggapi serangan ini, Iran mengutuk tindakan Amerika Serikat. Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menyatakan bahwa Iran berhak untuk mempertahankan kedaulatannya berdasarkan Piagam PBB dan memiliki semua opsi untuk membela diri, kepentingan, dan rakyatnya. Araghchi juga menyebut Amerika Serikat sebagai pihak yang mengkhianati diplomasi dan bertanggung jawab penuh atas konsekuensi dari tindakan tersebut.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyampaikan kekhawatirannya terhadap meningkatnya ketegangan dan menyerukan semua pihak untuk menahan diri. Ia menekankan bahwa tidak ada solusi militer dan satu-satunya jalan ke depan adalah diplomasi.
Negara-negara Amerika Latin seperti Kuba, Venezuela, dan Kolombia juga mengutuk tindakan Amerika Serikat dan mendesak negosiasi untuk menyelesaikan konflik. Presiden Kuba Miguel Díaz-Canel memperingatkan bahwa campur tangan AS dapat memperluas konflik di wilayah tersebut.
Kelompok Palestina Hamas menyebut serangan itu sebagai pelanggaran hukum internasional dan berjanji untuk meminta pertanggungjawaban AS dan Israel.