keepgray.com – Ketua Dewan Pengawas Indonesia Business Council (IBC), Arsjad Rasjid, menegaskan bahwa kerja sama antara Indonesia dan Tiongkok tidak hanya terbatas pada investasi modal, melainkan juga mencakup aspek krusial seperti transfer pengetahuan dan teknologi. Pernyataan ini disampaikan Arsjad menyusul pertemuan bilateral antara Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang dan Presiden RI Prabowo Subianto di Istana Merdeka, Jakarta, Minggu (25/5).
Dalam pertemuan tersebut, Perdana Menteri Li Qiang turut didampingi puluhan pengusaha Tiongkok. Arsjad melihat kehadiran para pengusaha ini sebagai peluang yang harus dimanfaatkan secara optimal oleh Indonesia untuk kepentingan jangka panjang. Ia menekankan pentingnya membangun hubungan “persaudaraan” dan koneksi “people to people” (antar-individu) yang lebih erat, melampaui sekadar investasi uang semata.
“Uang satu hal, kapital. Tapi yang penting itu lebih *transfer of knowledge*, teknologi, bicara mengenai hubungan yang lebih erat secara kultural, *people to people*. Jadi supaya melihatnya jangan jangka pendek, tapi jangka panjang,” ujar Arsjad kepada wartawan di Istana Kepresidenan. Arsjad menambahkan bahwa di tengah era perkembangan global yang pesat, transfer pengetahuan dan teknologi merupakan sebuah keharusan dan tidak terbatas hanya untuk Tiongkok. “Bukan hanya dari China, tapi dari semua yang mau masuk ke kita. Itu kita harus, harus dipenuhi itu. Karena kalau tidak, enggak pernah terjadi *transfer of knowledge* dari mereka ke kita,” tegasnya.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto secara resmi menerima kunjungan kenegaraan Perdana Menteri Li Qiang di Istana Merdeka pada Minggu pagi. Pertemuan ini menunjukkan komitmen kedua negara untuk mempererat dan meningkatkan hubungan bilateral, sekaligus memperkuat kerja sama di berbagai bidang strategis.
Presiden Prabowo Subianto menyatakan bahwa Tiongkok kini dipandang bukan hanya sebagai mitra dagang, melainkan sebagai “saudara strategis” bagi Indonesia. Ia menilai hubungan dagang dan investasi yang terjalin antara kedua negara sebagai wujud komitmen untuk membangun masa depan yang lebih kuat dan sejahtera. “Perdagangan kita sudah melebihi 130 miliar dolar AS setiap tahun dan kita memandang bahwa Tiongkok adalah mitra yang sangat strategis dalam pembangunan industri serta teknologi kita,” kata Prabowo.