keepgray.com – Anggota DPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Bambang Soesatyo (Bamsoet), menyampaikan peringatan tentang ancaman baru di dunia digital seiring harapan besar pada potensi revolusioner teknologi kuantum. Komputasi kuantum, yang diyakini sebagai terobosan teknologi terbesar abad ini, menjanjikan kemampuan luar biasa dalam pengolahan data, namun juga berpotensi menjadi ancaman besar bagi perlindungan siber yang selama ini dianggap kokoh.
Bamsoet menekankan perlunya antisipasi dari pemerintah, akademisi, pihak swasta, dan komunitas siber untuk menghindari kemungkinan runtuhnya sistem keamanan digital saat ini. Hal ini diungkapkan setelah mengikuti diskusi terbatas LAB 45 bersama pendirinya, Andi Widjajanto, di Jakarta.
Komputer kuantum bekerja dengan prinsip qubit, bukan biner ‘0’ dan ‘1’ seperti komputer klasik. Qubit dapat berada dalam superposisi, memungkinkan perhitungan eksponensial yang jauh lebih cepat. Kemampuan ini berbahaya bagi sistem enkripsi modern seperti RSA dan ECC, yang menjadi fondasi pengamanan data global, termasuk sistem perbankan, komunikasi militer, dan transaksi digital.
Menurut Bamsoet, studi dari National Institute of Standards and Technology (NIST) Amerika Serikat memperkirakan bahwa komputer kuantum berskala besar yang mampu memecahkan enkripsi RSA 2048-bit bisa hadir dalam 10-20 tahun ke depan. Namun, ancaman ‘harvest now, decrypt later’ sudah bisa dirasakan saat ini, di mana data terenkripsi dikumpulkan untuk didekripsi nanti ketika komputer kuantum tersedia. Akibatnya, data sensitif yang disimpan saat ini, seperti rahasia dagang, data intelijen, atau rekam medis pribadi, dapat dibocorkan dengan mudah di masa depan.
Bahaya komputasi kuantum juga merambah ke sistem vital seperti jaringan listrik, transportasi, dan rumah sakit modern yang sangat tergantung pada sistem komunikasi terenkripsi. Jika pertahanan digital mereka runtuh, potensi gangguan operasional, sabotase, hingga lumpuhnya layanan publik dapat menjadi kenyataan. Ketergantungan dunia pada sistem digital menjadikan risiko kuantum sebagai ancaman nyata bagi stabilitas sosial dan ekonomi suatu negara.
Sektor blockchain pun tidak luput dari risiko. Banyak kriptografi yang digunakan dalam Bitcoin dan sistem blockchain lainnya dapat dihancurkan oleh komputer kuantum. Vitalik Buterin, pendiri Ethereum, mengingatkan perlunya segera menerapkan kriptografi pasca-kuantum untuk menjaga keberlangsungan jaringan Ethereum di masa depan.
Ancaman juga muncul dari sisi rantai pasok. Komponen inti dalam pembangunan komputer kuantum, seperti chip superconducting dan laser presisi tinggi, diproduksi oleh negara dan perusahaan tertentu saja. Ketergantungan ini membuka celah bagi praktik sabotase atau penyisipan perangkat keras berbahaya (hardware backdoor), bahkan sebelum perangkat digunakan.
Bamsoet menekankan pentingnya antisipasi bagi Indonesia sebagai negara dengan ekosistem digital yang tumbuh cepat. Pemerintah, akademisi, dan industri teknologi perlu membentuk konsorsium untuk merumuskan kebijakan transisi menuju enkripsi tahan kuantum dan menyusun peta jalan nasional untuk mitigasi ancaman kuantum.