Air Zamzam Setelah Jutaan Jemaah Mengambilnya?

keepgray.com – Air zamzam, oleh-oleh khas dari Tanah Suci, telah ada jauh sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW dan memiliki banyak keutamaan. Sebuah hadits dari Ibnu Abbas RA menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda tentang keutamaan air zamzam.

Badan Survei Geologi Arab Saudi (SGS) menjelaskan bahwa permintaan air zamzam meningkat drastis seiring dengan peningkatan jumlah kunjungan ke Masjidil Haram. Untuk memastikan ketersediaan air zamzam, mereka melakukan pengawasan dan pengaturan yang ketat.

SGS memasang sistem pemantauan multi-parameter real-time untuk memantau level air, konduktivitas listrik, pH air, nilai potensial redoks (Eh), suhu, dan lainnya. Data ini dapat diakses dan diperiksa oleh SGS tanpa harus datang langsung ke sumur. Jaringan pemantauan sumur juga dipasang di seluruh Wadi Ibrahim untuk memantau respons sistem akuifer terhadap pengisian dan pengosongan. Beberapa sumur dilengkapi dengan perekam ketinggian air digital otomatis.

SGS juga membuat jadwal pemompaan yang disesuaikan dengan jumlah jemaah. Pemompaan air akan dimaksimalkan pada bulan-bulan ramai seperti Ramadan dan Zulhijah, dengan pemantauan ketinggian muka air secara ketat. Jika ketinggian air turun di bawah batas yang ditentukan, pemompaan akan dihentikan sementara untuk memulihkan ketinggian air. Debit tahunan dari sumur air zamzam dibatasi sekitar 500.000 m³, tetapi dapat dimodifikasi sesuai kondisi hidrologis.

Profesor geologi dan sumber daya air di Institut Penelitian Afrika, Abbas Sharaqi, menjelaskan bahwa air zamzam tidak pernah habis karena sumbernya dapat diperbarui dari air hujan di Makkah. Makkah merupakan daerah pegunungan dengan lembah Ibrahim yang menampung sumur zamzam di dataran rendah. Endapan sungai sepanjang 14 meter disebabkan oleh air hujan di pegunungan yang jatuh ke dataran rendah dan berubah menjadi sedimen selama jutaan tahun. Kondisi iklim yang stabil di Arab Saudi juga mendukung keberlangsungan ‘penampungan’ air ini.

Menurut buku *Sejarah Ibadah* oleh Syahruddin El Fikri, uji pemompaan sebelum 1950-an menunjukkan bahwa sumur zamzam mampu mengalirkan 11-18,5 liter per detik atau 660 liter per menit. Setelah dibangun pompa air pada 1953, pengujian dilakukan dengan pemompaan 8.000 liter per detik selama 24 jam, yang menyebabkan penyusutan air sedalam 3,23 meter. Namun, permukaan sumur kembali ke asalnya hanya dalam waktu 11 menit setelah pemompaan dihentikan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya celah atau rekahan bebatuan di sekitar sumur zamzam, termasuk rekahan yang memanjang ke arah Hajar Aswad, Safa, dan Marwa, serta celah di bawah tempat tawaf yang memasok air ke sumur zamzam.