Absen di BRICS, Ada Apa dengan Presiden China?

keepgray.com – Pertemuan puncak para pemimpin negara-negara anggota BRICS (Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan), yang kini telah diperluas dengan masuknya Mesir, Uni Emirat Arab, Ethiopia, Indonesia, dan Iran, dimulai di Brasil pada hari Minggu. Namun, pertemuan kali ini tidak dihadiri oleh Presiden China Xi Jinping, pemimpin dari negara anggota yang dianggap paling berpengaruh.

Ketidakhadiran Xi Jinping dalam pertemuan di Rio de Janeiro ini menjadi yang pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade masa jabatannya. Padahal, Xi Jinping menjadikan BRICS sebagai wadah penting untuk mendorong perubahan keseimbangan kekuatan global.

Absennya Xi Jinping terjadi pada saat yang krusial bagi BRICS. Beberapa anggota menghadapi tenggat waktu 9 Juli untuk menegosiasikan tarif dengan AS yang akan diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump. Selain itu, seluruh anggota BRICS menghadapi ketidakpastian ekonomi global akibat perubahan hubungan dagang Amerika. Situasi ini menempatkan BRICS di bawah tekanan yang lebih besar untuk menunjukkan solidaritas.

Para pengamat menilai ketidakhadiran Xi Jinping menunjukkan hilangnya kesempatan penting untuk menampilkan China sebagai pemimpin alternatif yang stabil dibandingkan dengan AS. Citra ini telah lama ingin diproyeksikan Beijing ke negara-negara berkembang, terutama setelah kebijakan “America First” yang diterapkan Trump dan keputusan AS untuk bergabung dengan Israel dalam pengeboman fasilitas nuklir Iran.

Meskipun demikian, keputusan untuk mengirimkan pejabat nomor dua, Li Qiang, sebagai pengganti, tidak berarti Beijing telah mengurangi signifikansi BRICS dalam upayanya membangun kelompok-kelompok untuk mengimbangi kekuatan Barat.

Chong Ja Ian, profesor madya di Universitas Nasional Singapura, menyatakan bahwa BRICS merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya Beijing untuk memastikan bahwa mereka tidak dikekang oleh sekutu AS. Namun, tekanan itu mungkin telah berkurang dengan kepemimpinan Trump, yang mengubah hubungan dengan mitra utama AS. Bagi Xi Jinping, BRICS mungkin bukan prioritas utama karena ia fokus pada mengarahkan ekonomi domestik China. Beijing mungkin juga memiliki ekspektasi yang rendah terhadap terobosan besar pada pertemuan puncak tahun ini.

Selain Xi Jinping, sekutu terdekat China dalam kelompok tersebut, Presiden Rusia Vladimir Putin, juga hanya akan hadir melalui konferensi video. Alasan ketidakhadiran Putin serupa dengan alasan ia bergabung dalam pertemuan BRICS 2023 di Afrika Selatan secara jarak jauh. Brasil, seperti Afrika Selatan, adalah penandatangan Statuta Roma Mahkamah Pidana Internasional (ICC) dan memiliki kewajiban untuk menangkap Putin berdasarkan surat perintah penangkapan yang dikeluarkan ICC atas dugaan kejahatan perang di Ukraina.