keepgray.com – Kementerian Kebudayaan RI meluncurkan dua program baru, Laboratorium Penerjemah Sastra dan Laboratorium Promotor Sastra, sebagai strategi memperkuat ekosistem sastra nasional dan membawa karya sastra Indonesia ke panggung internasional. Peluncuran program ditandai dengan diskusi publik bertema ‘Sastra Mendunia: Peran Penerjemah dan Promotor dalam Internasionalisasi Sastra Indonesia’ di Jakarta, Rabu (11/6).
Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, menekankan pentingnya peran sastra dalam diplomasi budaya. Menurutnya, sastra dan industri perbukuan Indonesia memiliki potensi besar untuk dikenal dunia, meskipun masih menghadapi tantangan dalam menghubungkan ekosistem sastra nasional dengan dunia global.
“Ini merupakan salah satu tantangan yang harus segera kita jawab. Oleh karena itu, program Laboratorium Penerjemah Sastra dan Promotor Sastra ini sangat penting sebagai wadah bagi pemula dan pelaku industri, termasuk editor dan pegiat literasi, untuk turut serta dalam membangun ekosistem agen sastra Indonesia dan mempromosikan karya-karya kita di tingkat internasional,” ujar Fadli dalam keterangan tertulis, Kamis (12/6/2025).
Fadli menjelaskan bahwa Laboratorium Penerjemah Sastra bertujuan untuk melahirkan penerjemah muda yang andal melalui pelatihan intensif dengan mentor nasional dan internasional. Sementara itu, Laboratorium Promotor Sastra menyasar para agen dan promotor dengan keterampilan strategis, mulai dari hak cipta, pitching, hingga pemasaran karya sastra ke luar negeri.
“Sastra sangatlah penting di dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia karena dari sastra bisa lahir banyak ekspresi-ekspresi budaya yang lain, termasuk banyak film yang merupakan adaptasi dari karya-karya sastra, misalnya film adaptasi karya Mochtar Lubis, Jalan Tak Ada Ujung dan Hujan Bulan Juni adaptasi puisi Pak Sapardi,” imbuhnya.
Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan, Ahmad Mahendra, menambahkan bahwa ada lima ekosistem yang tengah diperkuat, yaitu film, musik, seni pertunjukan, seni rupa, dan sastra. Penguatan ekosistem sastra dipetakan ke dalam lima ranah utama: kreasi dan produksi, diseminasi karya, konsumsi dan apresiasi publik, internasionalisasi, serta penguatan SDM dan infrastruktur.
Lara Norgaard, penerjemah fiksi dari Brasil dan Amerika Latin yang juga menjadi mentor program, berharap laboratorium ini menjadi ruang kolaboratif yang mendorong kemunculan penerjemah baru. Senada dengan itu, Jérôme Bouchaud, agen sastra dari Prancis yang akan menjadi mentor program Promotor Sastra, menilai bahwa sastra Indonesia menyimpan potensi besar untuk dikenal lebih luas di kancah internasional.
Diskusi publik ini dihadiri oleh sejumlah pejabat dan pelaku budaya, termasuk Direktur Jenderal Promosi, Diplomasi, dan Kerja Sama Budaya, Endah T.D. Retnoastuti, serta sejumlah tokoh literasi dan pelaku industri buku, seperti Dalih Sembiring, Eka Kurniawan, dan Yani Kurniawan.
Program Laboratorium Penerjemah Sastra dan Promotor Sastra merupakan bagian dari upaya memperkuat ekosistem sastra nasional, yang merupakan satu dari tujuh program utama Kementerian Kebudayaan di bawah koordinasi Anissa Rengganis, Staf Khusus Menteri Kebudayaan Bidang Diplomasi Budaya. Selain dua laboratorium ini, terdapat program lain seperti Manajemen Talenta Nasional (MTN) Bidang Sastra, Penguatan Komunitas Sastra, Penguatan Festival Sastra, Penerjemahan Sastra, serta Pengembangan Sastra Berbasis Intellectual Property (IP).
Pendaftaran program ini telah dibuka sejak 26 Mei 2025. Batas akhir pendaftaran untuk Laboratorium Penerjemah Sastra adalah 15 Juni, sementara untuk Promotor Sastra dibuka hingga 16 Juni 2025. Program ini akan digelar mulai Juli hingga September 2025 secara hybrid, luring dan daring.