Noda Terhadap Palestina

keepgray.com – Anggota DPR RI periode 2024-2029, Tifatul Sembiring, dalam sebuah kolom opini yang mendalam, menyampaikan kritik tajam terhadap Israel, menudingnya telah melakukan serangkaian kejahatan kemanusiaan dan perlakuan kejam terhadap warga Palestina selama lebih dari 77 tahun. Tifatul mempertanyakan standar keadilan jika dunia hanya berdiam diri menyaksikan ketidakadilan yang terjadi.

Dalam pandangannya, Israel dituduh telah menjajah Palestina, menyiksa penduduknya, merampas harta benda, mengganggu kehormatan wanita, serta mengusir mereka dari tanah leluhur. Ia mengklaim ratusan ribu warga tewas dan lebih dari dua pertiga penduduk terpaksa mengungsi. Tifatul juga menyoroti pembagian wilayah Palestina menjadi Jalur Gaza dan Tepi Barat. Ia menggambarkan Jalur Gaza, yang berukuran 5 km x 80 km, sebagai “penjara raksasa” yang dipagari beton tinggi dan kawat berduri, dengan blokade dari utara, timur, dan barat, serta penjagaan ketat di bagian selatan oleh Mesir.

Tifatul Sembiring juga menuduh tentara Israel berlaku brutal di pintu Masjid Al-Aqsa, memukuli jemaah yang hendak beribadah. Ia merujuk insiden Baruch Goldstein yang menembaki warga Palestina di Masjid Hebron saat beriktikaf. Menurutnya, perlakuan Israel terhadap warga sipil Palestina sangat tidak manusiawi, bahkan melebihi kekejaman Nazi Hitler, termasuk dugaan penyiksaan terhadap tahanan Palestina yang seringkali dibebaskan dalam kondisi cacat fisik dan mental.

Lebih lanjut, Tifatul mengecam sistem pendidikan di Israel yang menurutnya meracuni pemikiran generasi muda untuk membenci dan membantai penduduk Palestina. Ia mengutip contoh seorang tentara wanita Israel yang bangga telah membunuh dua warga Palestina dan seorang anak Yahudi yang bercita-cita membunuh orang Arab.

Penulis kolom ini membandingkan perlakuan Israel terhadap tahanan Palestina dengan perlakuan Hamas terhadap tawanan Israel. Ia menyebut tawanan Israel dibebaskan dalam keadaan baik dan sehat, bahkan secara sarkas mempertanyakan apakah ada “salon kecantikan” di terowongan Hamas. Hal ini, menurutnya, tidak menggugah empati Israel. Ia mengecam Israel sebagai penjajah yang tidak beradab dan tidak pantas berdampingan dengan komunitas dunia yang mengedepankan harmoni.

Tifatul juga menyinggung berbagai keputusan internasional yang tidak diindahkan Israel. Ia mencatat adanya 154 Resolusi PBB yang mengutuk dan memberikan sanksi kepada Israel, namun semuanya diveto oleh Amerika Serikat. Ia juga menyoroti putusan Mahkamah Internasional (ICJ) yang menyatakan pendudukan dan eksploitasi Israel atas wilayah Palestina sebagai ilegal, serta perintah penangkapan dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Yoav Gallant atas tuduhan genosida, yang hingga kini belum dapat dilaksanakan karena perlindungan pihak-pihak tertentu.

Kekecewaan juga diungkapkan Tifatul terhadap negara-negara Arab yang, menurutnya, tidak banyak memberikan bantuan kepada Palestina meskipun memiliki ikatan budaya, bahasa, dan agama yang sama. Ia mengutip keluhan seorang ibu Palestina yang merasa ditinggalkan oleh pemimpin Arab.

Dalam penutup tulisannya, Tifatul Sembiring mengungkapkan duka mendalam atas penderitaan rakyat Palestina, dengan detail mengenai pembunuhan massal, pemboman tenda pengungsian, anak-anak yatim piatu, kehancuran infrastruktur, dan blokade Gaza yang mengakibatkan krisis kemanusiaan parah. Ia menegaskan bahwa dunia seolah hanya menjadi penonton genosida yang terus berlangsung.

Tifatul menutup kolomnya dengan refleksi spiritual, mengutip Hadis Qudsi dan kisah Sa’id bin Amir Al-Jumahi, untuk mengingatkan tentang pertanggungjawaban di hadapan Tuhan atas ketidakpedulian terhadap penderitaan sesama, khususnya nasib Palestina. Ia menekankan bahwa Allah SWT pasti akan mempertanyakan diamnya umat manusia terkait Palestina di hari kemudian.

Kolom opini ini ditulis oleh Tifatul Sembiring, Anggota DPR RI 2024 – 2029.