keepgray.com – Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli bertemu dengan Direktur Jenderal International Labour Organization (ILO), Gilbert F. Houngbo, dan keduanya sepakat untuk memperkuat kerja sama strategis dalam mewujudkan dunia kerja yang lebih inklusif, adil, aman, dan berkelanjutan. Pertemuan ini berlangsung di sela-sela Konferensi Perburuhan Internasional (ILC) ke-113 di Jenewa, Swiss.
Yassierli menyampaikan komitmen Pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto untuk terus mendorong terciptanya kerja layak, melindungi hak-hak buruh, serta membangun sistem ketenagakerjaan yang inklusif dan responsif terhadap perkembangan zaman.
“Kami ingin memastikan bahwa tidak ada pekerja yang tertinggal. Setiap kelompok, termasuk penyandang disabilitas, pekerja informal, dan pekerja sektor digital, harus mendapatkan perlindungan dan akses yang setara terhadap pekerjaan yang layak,” ujar Yassierli dalam keterangan tertulis, Rabu (11/6/2025).
Pemerintah Indonesia saat ini fokus pada penguatan layanan ketenagakerjaan berbasis inklusi, pengembangan pelatihan vokasi, serta formalisasi sektor kerja rentan. Tantangan di era ekonomi digital juga menjadi perhatian, dengan komitmen pemerintah untuk memastikan para pekerja platform mendapatkan perlindungan sosial, jaminan keselamatan dan kesehatan kerja (K3), hingga pemenuhan hak-hak dasar.
“Kebijakan ketenagakerjaan ke depan harus mampu mengikuti perkembangan zaman dan menjawab kebutuhan riil pekerja di lapangan,” kata Yassierli.
Ia juga menyoroti pentingnya perlindungan terhadap bahaya biologis di lingkungan kerja. Pemerintah sedang menyusun standar nasional untuk mengantisipasi risiko paparan virus, bakteri, maupun zat biologis lain dengan pendekatan tripartit bersama pengusaha dan pekerja.
“Keselamatan dan kesehatan kerja harus menjadi fondasi dalam menciptakan tempat kerja yang produktif dan berkelanjutan,” lanjutnya.
Isu teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) juga dibahas. Yassierli menyebut Indonesia siap berkolaborasi dengan ILO dalam menyusun panduan dan penguatan kapasitas nasional agar AI bisa dimanfaatkan secara optimal bagi pekerja dan pelaku usaha.
“Artificial Intelligence membawa banyak peluang, tapi juga tantangan baru. Oleh karena itu, kami ingin memastikan bahwa regulasi, perlindungan, dan pelatihan tenaga kerja bisa berkembang seiring dengan teknologi,” pungkasnya.
Dirjen ILO Gilbert F. Houngbo menyambut baik pertemuan bilateral tersebut dan mengapresiasi peran aktif Indonesia dalam berbagai forum ketenagakerjaan internasional. Houngbo menegaskan bahwa Indonesia adalah mitra strategis bagi ILO dalam mendorong agenda kerja layak dan keadilan sosial di tingkat global.
“Saya senang bisa bertemu langsung dengan delegasi Indonesia, khususnya Bapak Menteri Yassierli. Indonesia adalah negara anggota yang sangat strategis bagi ILO, dan kami menyambut baik semangat kolaboratif dalam memperkuat dunia kerja yang inklusif dan berkelanjutan,” ujar Houngbo.