Cukur Haji Raup Rp 1,5 Miliar/Hari

keepgray.com – Ibadah haji membawa berkah bagi para tukang cukur di Mina, Arab Saudi, dengan salah seorang di antaranya dilaporkan mampu meraup omzet hingga Rp 1,5 miliar dalam sehari.

Ribuan jemaah haji dari berbagai negara mulai memadati kawasan Mina untuk melaksanakan lontar jumrah dan tahallul (mencukur rambut), sebuah sunnah penting dalam ibadah haji. Di kompleks Jamarat, tempat ritual “rajam iblis” berlangsung, para tukang cukur terlihat sibuk melayani jemaah yang mengantre untuk mencukur atau memotong rambut sebagai tanda penyempurnaan ibadah haji.

Imad Fawzi, manajer sebuah salon cukur di Jamarat, mengungkapkan bahwa pada puncak Idul Adha, salonnya melayani setidaknya 6.000 jemaah. Dengan tarif 60 riyal Saudi (sekitar Rp 260 ribu) per orang, pendapatan salon tersebut bisa mencapai Rp 1,5 miliar dalam sehari. “Saya telah bekerja di haji sejak usia tujuh tahun,” kata Fawzi, seorang petugas yang dipekerjakan oleh organisasi haji.

Ahmed (28), seorang tukang cukur asal Mesir, mengaku senang dengan pekerjaannya meskipun sangat sibuk dan harus mengatur antrean pelanggan. “Ini adalah hal yang sangat sederhana untuk dilakukan, tetapi itu membawa kita begitu banyak kegembiraan,” ujarnya.

Selain di salon resmi, banyak jemaah yang memilih untuk memotong rambut di pinggir jalan. Di berbagai sudut Mina dan Makkah, jalanan berubah menjadi “barbershop dadakan”, di mana jemaah saling mencukur atau mencukur sambil berjalan.

Hani Abdel Samih, seorang jemaah asal Mesir, mengaku sudah tidak sabar untuk mengganti pakaian ihramnya setelah tiga hari menjalani puncak ibadah haji. Baginya, potong rambut adalah momen penting yang tidak boleh dilewatkan. “Iblis yang dirajam di Jamarat membutuhkan usaha besar dan kami telah mengenakan pakaian ini sepanjang hari,” tuturnya. “Kami ingin memakai pakaian sehari-hari kami dan merasa nyaman, jadi kami pergi ke barbershop terdekat dari Jamarat,” lanjutnya.

Meskipun lelah, Hani merasa gembira dan tidak keberatan menunggu antrean demi ritual yang memiliki tempat spesial dalam perjalanan spiritualnya. “Saya bersemangat, tentu saja! Karena ini adalah sunnah dari Nabi, damai sejahtera baginya,” kata Hani, merujuk pada ajaran Nabi Muhammad SAW. “Kami menyukai (ritual ini) dan kami tidak bisa melanggarnya,” pungkasnya.