keepgray.com – Berada di Mina menjadi salah satu puncak rangkaian ibadah haji yang penuh makna. Di tempat ini, jamaah haji melaksanakan amalan penting, yaitu melempar jumrah sebagai simbol perlawanan terhadap godaan setan.
Lempar jumrah di Mina menjadi momen spiritual mendalam bagi setiap jamaah dengan melempar batu kerikil ke tiga titik jumrah.
Mina terletak di kawasan Tanah Haram, di antara Kota Makkah dan Muzdalifah, sekitar 7 kilometer dari Masjidil Haram. Masyarakat Arab kerap menyebut Mina dengan nama Muna, yang berarti harapan dan optimisme. Penamaan ini dikaitkan dengan riwayat Nabi Adam AS yang mendengar bisikan akan bertemu istrinya, Hawa, setelah berjalan 200 tahun. Bisikan itu membangkitkan semangat Nabi Adam AS, hingga akhirnya bertemu Hawa di Arafah.
Saat akan memasuki Mina, jamaah haji dapat memanjatkan doa agar kegiatan di Mina lebih berkah.
“Allahumma haadzihi minaa famnun ‘alayya bimaaa mananta bihi ‘ala auliyaa-ika wa ahli thaa-atika”
Artinya: “Ya Allah, tempat ini adalah Mina, maka anugerahilah aku apa yang telah Engkau anugerahkan kepada orang-orang yang dekat dan taat kepada-Mu.”
Jemaah juga bisa membaca doa Imam an-Nawawi saat tiba di Mina:
“اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي بَلَغَنِيْهَا سَالِمًا مُعَافًا، اللهِم هَذِهِ مِنِى قَدْ أَتَيْتُهَا، وَأَنَا عَبْدُكَ، وَفِي قَبْضَتِكَ أَسْأَلُكَ أَنْ تَمُنَّ عَلَيَّ بِمَا مَنَنْتَ بِهِ عَلَى أَوْلِيَائِكَ، اللهم إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْحِرْمَانِ وَالْمُصِيْبَةِ فِي دِينِي يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ”
Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menyampaikan aku ke sini (Mina) dengan selamat dan sehat. Ya Allah, inilah tempat bernama Mina, aku datang ke tempat ini sedang aku adalah hamba-Mu dan dalam genggaman-Mu. Aku memohon kepada-Mu, berilah aku nikmat sebagaimana nikmat yang Engkau berikan kepada kekasih-kekasih-Mu. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari terhalang rahmat-Mu dan dari musibah pada agamaku, ya Allah, Yang Maha Pengasih dari segala Yang Pengasih.”
Jamarat merupakan bentuk jamak dari jumrah, yang berarti kumpulan batu-batu kecil. Kata ini digunakan untuk menyebut lokasi di Mina tempat para jemaah haji melempar batu kerikil sebagai bagian dari ritual ibadah haji.
Dalam riwayat disebutkan bahwa Nabi Ibrahim menerima perintah melalui mimpi dari Allah SWT untuk menyembelih putranya, Ismail. Ketika hendak melaksanakan perintah tersebut, setan muncul dan berusaha menggoda Nabi Ibrahim agar mengurungkan niatnya. Nabi Ibrahim menolak godaan tersebut dan melempari setan dengan tujuh batu kerikil di jumrah ‘Aqabah, yang letaknya paling dekat dengan Ka’bah.
Setan kemudian kembali menggoda di jumrah Wustha, dan lagi-lagi diusir dengan lemparan kerikil. Terakhir, setan mencoba lagi di jumrah Sughra, namun tetap diusir oleh Nabi Ibrahim dengan tujuh lemparan hingga tidak muncul lagi. Setelah itu, Allah mengganti Ismail dengan seekor domba sebagai bentuk penerimaan atas keteguhan iman keduanya dalam menghadapi ujian dan godaan.
Amalan melempar jumrah memiliki berbagai keutamaan, diantaranya menegakkan Dzikrullah, sesuai dengan hadits yang diriwayatkan dari Aisyah ra. Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya, diadakannya thawaf di Ka’bah, sa’i antara Shafa dan Marwah dan melempar jumrah, adalah untuk menegakkan dzikrullah”. (HR. Abu Daud). Selain itu, perintah melemparkan jumrah juga tertulis di dalam surat Al-Baqarah ayat 203.
Melempar jumrah juga merupakan sarana penghapusan dosa. Dalam riwayat dari Ibnu Umar ra., Nabi SAW bersabda, “Adapun pelemparanmu untuk jumrah, maka bagimu dengan setiap kerikil yang kamu lemparkan adalah penghapusan satu dosa besar yang termasuk dari dosa penghancur yang berbahaya.” (HR. Thabrani dalam Mu’jam Kabir dengan sanad shahih).
Dalam sejarah, Nabi Ibrahim juga melempar jumrah. Diriwayatkan Ibnu Abbas ra. bahwa Nabi SAW bersabda : “Ketika lbrahim kekasih Allah mendatangi manasik (tempat-tempat ibadah haji) setan menghalang-halangi beliau di Jumratul Aqabah, maka beliau melemparinya dengan tujuh kerikil sehingga tenggelam di dalam tanah, kemudian ia menghalang-halangi beliau di Jamrah kedua, maka beliau melemparinya dengan tujuh kerikil hingga tenggelam di dalam tanah, kemudian ia menghalang-halangi beliau di Jamrah ketiga, maka beliau melemparinya dengan tujuh kerikil hingga tenggelam di dalam tanah”. Ibnu Abbas berkata, “Setan kalian rajam dan agama bapak kalian lbrahim kalian ikuti”. (HR. Hakim dalam Mustadrak dan dishahikannya). Wallahu a’lam.