keepgray.com – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengungkapkan disparitas keuntungan yang signifikan antara petani dan tengkulak dalam rantai distribusi pangan. Menurut perhitungannya, keuntungan yang diperoleh perantara bisa mencapai ratusan triliun rupiah per tahun, jauh melampaui pendapatan petani.
Amran menjelaskan bahwa petani hanya memperoleh sekitar Rp1 juta hingga Rp1,5 juta per bulan per rumah tangga, sementara terdapat 100 juta petani padi yang harus diperhatikan kesejahteraannya. Selisih harga antara tingkat petani dan konsumen menjadi sumber keuntungan besar bagi para perantara.
Sebagai contoh, Amran menyebutkan jika selisih harga mencapai Rp2.000 atau Rp3.000, dengan produksi mencapai 21 juta ton hingga bulan Mei atau Juni, maka pendapatan perantara bisa mencapai Rp42 triliun. Perhitungan tahunan menunjukkan bahwa selisih harga tersebut dapat memberikan keuntungan hingga Rp313 triliun kepada pihak perantara.
Untuk mengatasi masalah ini, Kementerian Pertanian berencana membangun sistem koperasi yang bertujuan memangkas rantai pasok yang dianggap terlalu panjang. Sistem baru ini dirancang untuk memangkas jalur distribusi dari 7-8 tahap menjadi hanya 3 tahap, yaitu dari produksi ke koperasi, lalu dari koperasi ke konsumen.
Amran menjelaskan bahwa jika sistem koperasi berjalan optimal, keuntungan yang selama ini dinikmati oleh tengkulak dapat dibagi lebih adil antara petani dan konsumen. Jika koperasi mengambil keuntungan sekitar Rp50 triliun sebagai perantara, maka ada potensi Rp263 triliun yang dapat dinikmati oleh konsumen dan produsen, meningkatkan kesejahteraan petani dan daya beli konsumen.
Amran mengimbau semua pihak untuk tidak mempermainkan posisi petani dan konsumen dalam rantai distribusi pangan, serta menghindari praktik pengambilan kesempatan oleh segelintir orang.